DELEIGEVEN HISTORICULTURAM

HISTORY IS ONE OF THE BEST INFORMATION FOR OUR CURRENT & FUTURE

Translate

Minggu, 06 Agustus 2017

PANDUAN SEJARAH DRAMA “HWARANG: POET OF YOUTH”







“Hwarang: Poet Of Youth” atau “Hwarang: The Beginning” adalah drama kolosal asal Korea Selatan yang diproduksi pada tahun 2017. Drama adalah drama pre-produksi, yang artinya di produksi setelah seluruh syuting selesai.

Drama “Hwarang: Poet Of Youth” meraih popularitas yang cukup tinggi di luar negeri walaupun mendapat rating yang sangat rendah di negerinya sendiri. Rating rendah yang diperoleh dari drama “Hwarang: Poet Of Youth” mungkin dipengaruhi dari popularitas drama yang sudah tayang sebelumnya. Di Korea, kualitas suatu drama memang tidak selalu berbanding lurus dengan rating drama itu apalagi popularitasnya diluar negeri. Contohnya adalah drama medis “Beautiful Mind” yang kualitasnya dipuji tetapi ratingnya sangat buruk. Alasan kedua adalah karena perbandingan antara drama “Hwarang: Poet Of Youth” dan drama lainnya yang mengambil latar tentang Silla, terutama drama “The Great Queen Seondeok” yang meraup rating 38-40%. Jika membandingkan kemegahan drama, baik itu kostum, dekorasi, latar belakang para pemerannya, dan juga kisah masing-masing tokohnya, drama “The Great Queen Seondeok” memang lebih ‘megah’ dari drama “Hwarang: Poet Of Youth”. Lagipula, drama “The Great Queen Seondeok”, yang walaupun judulnya bukan “Hwarang”, telah menampilkan semua yang ingin orang lain ketahui tentang Hwarang.

Sama seperti drama-drama sejarah Korea lainnya, walaupun bertema sejarah dan mengambil latar kerajaan kuno tetapi semua drama sejarah pasti menyelipkan unsur fiksi yang ceritanya tidak dicatat dalam sejarah atau bahkan bertentangan dengan sejarah. Drama “Hwarang: Poet Of Youth” juga tidak luput dari ‘tradisi’ ini.

Ada beberapa fakta sejarah yang memang benar-benar terjadi yang dibahas didalam drama “Hwarang: Poet Of Youth” tetapi banyak juga kisah-kisah fiktif yang tidak ada dalam sejarah dan malah bertentangan dengan apa yang dicatat oleh sejarah.

Kejadian-kejadian yang diceritakan dalam drama “Hwarang: Poet Of Youth” dan sejarah nyatanya adalah sebagai berikut:





KASTA DI SILLA DAN PERATURAN-PERATURANNYA

Salah-satu adegan dalam episode pertama drama ini adalah berbagai percakapan tentang kasta. Dalam drama ini memang ada banyak dialog tentang kasta, tingkatan-tingkatannya, dan juga peraturan-peraturannya. 

Berdasarkan catatan sejarah, Silla memang adalah salah-satu kerajaan memiliki peraturan kasta terumit di dunia. Mungkin yang paling rumit dijamannya. Peraturan kasta ini mulai diterapkan ketika klan Kim berkuasa secara turun-temurun. Disamping peraturan kasta, ada juga peraturan “kasta tulang” yang baru diterapkan dimasa pemerintahan Raja Beopheung (pendahulu Jinheung), yaitu Seon-geol (kasta Tulang Suci) dan Jin-geol (kasta Tulang Murni). Peraturan kasta ini diterapkan untuk menjaga kemurnian klan asli Silla dengan klan-klan pendatang, dan juga untuk menjaga kekuasaan para bangsawan klan Kim (klan yang berkuasa saat itu) atas klan-klan bangsawan lain. Berbeda dengan di drama, kasta di Silla bukan hanya dua kasta. Total ada 6 kasta di Silla, yaitu kasta ke-enam (tepat dibawah kasta Jin-geol), kasta ke-lima, kasta ke-empat, kasta ketiga, kasta kedua, dan kasta kesatu, ditambah dua kasta tulang, jadi total ada 8 kasta di Silla. Kasta Seon-geol hingga kasta ke-enam bisa menduduki berbagai jabatan pemerintahan dan militer, sedangkan kasta ketiga hingga kesatu tidak bisa. Mereka juga tidak bisa masuk dalam salah-satu dari 17 tingkatan pemerintahan itu. Selain mengatur tingkatan kebangsawanan, para bangsawan juga diatur bagaimana besaran rumah mereka dan warna baju yang mereka pakai. Rincian dari kasta-kasta itu adalah sebagai berikut:


SEON-GEOL
Kasta tertinggi dalam sistem aristokrasi Silla adalah kasta Seon-geol. Jika para bangsawan kasta Jin-geol kebawah masih harus digolongkan dalam berbagai tingkatan (dari 17 tingkatan) maka kasta Seon-geol tidak perlu repot-repot berjuang menaikkan ranking mereka sebab siapapun orang itu asalkan dia adalah seorang Seon-geol maka dia selalu yang tertinggi. Hanya dengan menjadi seorang Seon-geol maka bangsawan itu menjadi bangsawan teratas yang hanya tunduk pada raja. Dalam drama, Jinheung (Ji-dwi) dan Seonwoo adalah anggota kasta Seon-geol murni tanpa campuran sehingga mereka bisa bersaing memperebutkan tahta. Para anggota kasta Seon-geol adalah para keturunan raja dari klan Kim dan beberapa keturanan raja dari klan Park dan Seok yang tidak bercampur dengan kasta lain. Setiap raja harus berasal dari kasta Seon-geol tetapi tidak semua keturunan Seon-geol bisa menjadi raja. Jika salah-satu orang-tua bukan Seon-geol maka keturunannya otomatis menjadi kasta Jin-geol. Tetapi, di-golongan Jin-geol para bangsawan campuran Seon-geol ini berada di posisi yang sangat tinggi. Status inilah yang dimiliki oleh Yeo-wool. Warna baju bangsawan Seon-geol adalah merah dan emas (khusus raja, ratu, putra mahkota dan ibu suri) dan ungu tua. Para anggota kasta Seon-geol juga bebas memakai baju berwarna apapun walau tentunya mereka tidak sudi memakai warna baju kasta rendah. 


JIN-GEOL
Kasta kedua tertinggi adalah kasta Jin-geol. Kasta ini terdiri dari para bangsawan tinggi dan keturunan-keturunan raja dari klan Park dan klan Seok sebab sebelum klan Kim berkuasa kedua klan inilah yang menjadi penguasa Silla. Berbeda dengan kasta Seon-geol yang adalah kasta tunggal, kasta Jin-geol masih terbagi dalam beberapa tingkatan. Para bangsawan Jin-geol bisa menduduki salah-satu dari seluruh rangking tersebut, dan dari 17 tingkatan itu hanya para bangsawan kasta Jin-geol yang boleh menduduki 5 ranking teratas (Gak-kan hingga Dae-achan). Selebihnya, dari tingkatan 6 sampai 9 hanya boleh diduduki oleh bangsawan Jin-geol dan bangsawan kasta ke-enam, dari tingkatan 10 sampai 11 hanya boleh diduduki oleh bangsawan Jin-geol dan bangsawan kasta ke-lima, dan dari tingkatan 12 sampai 17 hanya boleh diduduki oleh bangsawan Jin-geol dan bangsawan kasta ke-empat. Warna baju bangsawan Jin-geol dari tingkat pertama (Gak-kan) hingga tingkat kelima (Dae-achan) adalah ungu. Sedangkan, warna kasta Jin-geol umumnya adalah merah darah. Mereka bisa memakai baju Jin-geol atau warna baju sesuai ranking kebangsawanan mereka. Warna baju bangsawan tingkat keenam (Achan) hingga tingkat sembilan (Geupchan) adalah hijau. Lalu, warna ranking sepuluh (Daenama) hingga ranking sebelas (Namal) adalah biru muda. Sedangkan warna ranking dua-belas (Daesa) hingga tingkat tujuh-belas (Jowi) adalah kuning.

Sistem kasta tulang akhirnya berakhir ketika Ratu Jindeok (cicit Raja Jinheung) meninggal sebab anggota keluarga kerajaan dari kasta Seon-geol sudah habis. Sejak saat itu, kasta tertinggi adalah kasta Jin-geol, yang membawahi enam kasta lainnya.


KASTA NON SEON-GEOL DAN JIN-GEOL

Selain Seon-geol dan Jin-geol, masih ada enam kasta lainnya, yaitu:

- KASTA KEENAM
Kasta Keenam adalah kasta yang tepat dibawah kasta Jin-geol. Mereka biasanya adalah para bangsawan Jin-geol yang berasal dari pernikahan campuran. Walaupun bukan Jin-geol, tetapi kasta keenam ini bisa menduduki rangking bangsawan Jin-geol, dari Achan (rangking enam) hingga Geupchan (tingkat sembilan). Kasta keenam ini seharusnya adalah kasta-nya Ahro karena ayahnya adalah kasta Jin-geol yang menikah dengan kalangan biasa sehingga keturunannya otomatis turun satu kasta dibawah Jin-geol, dalam hal ini adalah Kasta Keenam. Ini juga mengapa Seonwoo diberikan baju berwarna merah darah (warna baju bangsawan Jin-geol Kasta Keenam) oleh ayah angkatnya sebab ayah angkatnya adalah seorang Jin-geol yang berhak memakai baju itu. Para bangsawan kasta keenam non-Jingeol hanya boleh menggunakan warna hijau sebab mereka hanya bisa menduduki rangking enam (Achan) hingga sembilan (Geupchan). Warna baju Kasta Keenam inilah yang dimaksudkan Banryu, saat menyindir salah-satu anggota ‘geng’-nya yang bernama Kangseong, dengan pertanyaan sarkastis “apa warna baju ayahmu?”, sebab ayah Kangseong (sesuai dialog drama) adalah seorang bangsawan peringkat Achan yang bukan berasal dari kasta Jin-geol, sedangkan ayah dari dua anggota geng Banryu lainnya sudah pasti berasal dari kasta Jin-geol (ayah Gibo adalah Dae-achan dan ayah Sinhwi adalah seorang Phachin-chan).


- KASTA KELIMA
Kasta Kelima adalah kasta dibawah Kasta Keenam. Mereka juga biasanya adalah para bangsawan yang berasal dari pernikahan campuran, tetapi status salah-satu orang-tuanya harus minimal berasal dari Kasta Keenam. Walaupun bukan Jin-geol, tetapi kasta kelima ini bisa menduduki ranking yang sama dengan bangsawan Jin-geol, yaitu Daenama (ranking sepuluh) dan Namal (tingkat sebelas). Para bangsawan kasta kelima hanya boleh menggunakan warna biru muda, sebab mereka hanya bisa menduduki rangking sepuluh (Daenama) dan sebelas (Namal).

- KASTA KEEMPAT
Kasta Keempat adalah kasta dibawah Kasta Kelima. Kasta Keempat bisa menduduki ranking bangsawan Jin-geol, dari Daesa (rangking dua-belas) hingga Jowil (tingkat tujuh-belas). Para bangsawan kasta keempat hanya boleh menggunakan warna kuning, sebab mereka hanya bisa menduduki rangking dua-belas (Daesa) hingga tujuh-belas (Jowi).

- KASTA KETIGA, KEDUA, DAN KESATU
Kasta dibawah Kasta Keempat adalah Kasta Ketiga, Kasta Kedua, Kasta Kesatu, rakyat jelata, dan budak. Kasta ketiga hingga kesatu tidak bisa masuk dalam salah-satu dari 17 tingkatan pemerintahan itu. Mereka hanya bisa mengabdi pada bangsawan yang menduduki jabatan tersebut. Mereka juga tidak bisa menjadi pejabat dan hanya bisa bekerja dan mengabdi pada bangsawan Seon-geol hingga bangsawan Kasta Keempat. Para bangsawan kasta ketiga, kedua, dan kesatu tidak boleh menggunakan warna-warna yang dipakai oleh para bangsawan Seon-geol, Jin-geol, Kasta Keenam, Kasta Kelima, dan Kasta Keempat, sebab mereka hanya bisa mengabdi pada para bangsawan dari kasta Seon-geol hingga kasta keempat, dan tidak menduduki jabatan dalam pemerintahan dan militer.


Selain kasta, para bangsawan terbagi-bagi dalam 17 tingkatan 17 tingkatan atau ranking yang mempengaruhi posisi mereka dalam pemerintahan, yaitu:

1.Gak-kan (bangsawan tingkat 1), hanya bisa diduduki oleh bangsawan Seon-geol dan Jin-geol. Ini adalah peringkatnya Park Yeong-sil.

2.Ichan (bangsawan tingkat 2), hanya bisa diduduki oleh bangsawan Jin-geol. Ini adalah peringkatnya Menteri Kim Seub (ayahnya Sooho).

3.Japchan atau Sophan (bangsawan tingkat 3), hanya bisa diduduki oleh bangsawan Jin-geol. Ini adalah peringkatnya Menteri Kim Ho-gong (ayah kandungnya Banryu).

4.Phachin-chan (bangsawan tingkat 4), hanya bisa diduduki oleh bangsawan Jin-geol.

5.Dae-achan (bangsawan tingkat 5), hanya bisa diduduki oleh bangsawan Jin-geol.

6.Achan (bangsawan tingkat 6), hanya bisa diduduki bangsawan Jin-geol dan bangsawan Kasta Keenam.

7.Ilgilchan (bangsawan tingkat 7), hanya bisa diduduki bangsawan Jin-geol dan bangsawan Kasta Keenam.

8.Sachan/Salchan (tingkat 8), hanya bisa diduduki bangsawan Jin-geol dan bangsawan Kasta Keenam.

9.Geupchan (bangsawan tingkat 9), hanya bisa diduduki bangsawan Jin-geol dan bangsawan Kasta Keenam.

10.Daenama/Daenamal (tingkat 10), hanya bisa diduduki Kasta Jin-geol, Kasta Keenam, dan Kasta Kelima.

11.Nama/Namal (tingkat 11), hanya bisa diduduki Kasta Jin-geol, Kasta Keenam, dan Kasta Kelima.

12.Daesa/Hansa (tingkat 12), hanya diduduki Kasta Jin-geol, Kasta Keenam, Kasta Kelima, Kasta Keempat.

13.Saji/Sosa (tingkat 13), hanya diduduki Kasta Jin-geol, Kasta Keenam, Kasta Kelima, Kasta Keempat.

14.Gilsa/Gyeji (tingkat 14), hanya diduduki Kasta Jin-geol, Kasta Keenam, Kasta Kelima, Kasta Keempat.

15.Daeo (tingkat 15), hanya diduduki Kasta Jin-geol, Kasta Keenam, Kasta Kelima, Kasta Keempat.

16.Sou-o (tingkat 16), hanya diduduki Kasta Jin-geol, Kasta Keenam, Kasta Kelima, Kasta Keempat.

17.Jowi/Seonjoji (tingkat 17), hanya diduduki Kasta Jin-geol, Kasta Keenam, Kasta Kelima, Kasta Keempat.


Ranking bangsawan dalam pemerintahan ini bisa berubah, terutama bagi para bangsawan Jin-geol, karena ada promosi pangkat. Tetapi, seorang non Jin-geol hanya bisa sampai di tingkat 6, yaitu sebagai Achan.





KLAN-KLAN UTAMA DI SILLA

Pada salah-satu adegan ketika Ahro menjelaskan latar-belakang para bangsawan muda (calon Hwarang) yang ditelitinya, dia menyebutkan “klan Park, klan Seok, dan klan Kim”, dengan menegaskan bahwa ketiga klan itulah yang memimpin Silla ketika Silla pertama kali berdiri. Berdasarkan catatan sejarah, pernyataan Ahro ini memang benar.

Silla adalah satu-satunya kerajaan di Korea yang pernah dipimpin oleh tiga klan (dalam hal ini marga) yang berbeda, yang peralihan kekuasaan antar klan tanpa pertumpahan darah.

Klan pertama yang memimpin Silla adalah klan Park. Raja pertama Silla memang berasal dari klan Park, yaitu Hyeok-geose Gaeseogan (Gaeseogan adalah gelar raja yang pertama kali di Silla). Tempat kelahiran Hyeok-geose Gaeseogan inilah yang dimanfaatkan Wihwa (dalam drama) untuk menjebak para bangsawan muda itu untuk bergabung dalam resimen Hwarang, yaitu dengan memancing mereka melakukan perkelahian disana. Raja Hyeok-geose adalah leluhur paternal Park Young-sil dan Banryu.

Klan kedua yang memimpin Silla adalah klan Seok. Raja-raja klan Seok diturunkan oleh Talhae Isageum (Isageum adalah gelar raja yang ketiga kali di Silla). Raja Talhae (raja Silla ke-4) adalah satu-satunya raja dari klan Seok yang berkuasa di-era klan Park, sebab keturunannya baru berkuasa 104 tahun setelah kematiannya. Raja Talhae adalah leluhurnya Hansung dan Dansung (Danse).

Klan ketiga yang memimpin Silla adalah klan Kim. Raja-raja klan Kim diturunkan oleh Raja Michu (raja Silla ke-13). Raja Michu adalah satu-satunya raja dari klan Kim yang berkuasa di-era klan Seok, sebab keturunannya baru berkuasa 72 tahun setelah kematiannya. Raja Michu adalah leluhur Raja Jinheung, Ibu Suri Jisoo, Seonwoo, dan Ahro, serta leluhur maternal Park Young-sil (sebab Park Young-sil adalah cucu Raja Jijeung dari klan Kim).

Klan Kim lalu menjadi penguasa tunggal sebab raja Silla ke-17, Naemul Maripgan (Maripgan adalah gelar raja yang keempat kali di Silla), menerapkan sistem monarki primogenital (hak waris diturunkan oleh laki-laki) secara turun-temurun sehingga membuat klan Park dan klan Seok tidak bisa menjadi penguasa. Hukum inilah yang berusaha diubah oleh Park Yeong-sil menurut cerita drama.





TERTUTUPNYA SEORABEOL BAGI RAKYAT JELATA

Seorabeol adalah nama ibukota Silla (nama lama kota Gyeongju). Seorabeol juga dikenal dengan nama “Wanggyeong” yang artinya “ibukota kerajaan”.

Dalam catatan sejarah, ada satu masa Seorabeol ditutup bagi rakyat jelata untuk mencegah masuknya penyusup dan mata-mata dari negara lain pada masa-masa perang. Penyebab mengapa hanya para bangsawan yang diijinkan masuk adalah karena semua bangsawan Silla sudah terdata sedangkan rakyat jelata dan kaum budak, walaupun memiliki papan identitas tetapi tetap sulit dilacak identitas aslinya. Inilah yang dimanfaatkan oleh penulis naskah untuk semakin menegaskan perbedaan status sosial di Silla.





TIGA KERAJAAN KOREA

Pada episode-episode awal, ada beberapa dialog yang menyebutkan nama-nama kerajaan selain Silla, yaitu Baekje dan Goguryeo. Dua kerajaan itu adalah kerajaan yang memang pernah ada dan masih eksis dimasa pemerintahan Raja Jinheung (latar waktu dalam drama). Latar drama mengambil masa-masa ketiga Korea masih dipimpin oleh Tiga Kerajaan, yaitu Goguryeo, Baekje, dan Silla. Era Tiga Kerajaan ini baru berakhir ketika runtuhnya Baekje (660 M) dan Goguryeo (668 M). Selain tiga kerajaan tadi, saat itu Korea juga masih memiliki kerajaan lain yang lebih kecil, yaitu Kerajaan Daegaya. Kerajaan Daegaya ini adalah satu dari lima kerajaan dalam Konfederasi Gaya. Konfederasi Gaya ini diawali oleh Kerajaan Geumgwan Gaya (kerajaan asal Wooreuk atau Ajae, yang membesarkan Seonwoo dan Makmoon) yang sudah runtuh karena ditaklukan oleh Raja Beopheung (pendahulu Raja Jinheung).

Sesuai dengan cerita drama, saat itu Silla adalah kerajaan dengan luas wilayah terkecil dan yang paling lemah diantara Tiga Kerajaan itu.





KONFLIK BERDARAH DI ISTANA PASCA KEMATIAN RAJA TERDAHULU

Pada salah-satu episode, ada adegan tentang kekacauan di istana setelah kematian raja terdahulu. Raja yang meninggal itu adalah Raja Beopheung (raja Silla ke-23). Raja Beopheung adalah paman (paternal) sekaligus kakek (maternal) Raja Jinheung (Jidwi), sebab ayah Jinheung adalah adik Raja Beopheung sedangkan ibunya adalah putri kandung Raja Beopheung.

Sesuai dengan yang diceritakan dalam drama, sempat ada konflik berdarah sesaat menjelang kematian Raja Beopheung dan setelah kematiannya. Penyebab konflik itu adalah karena tidak adanya putra pewaris. Putra Raja Beopheung hanya dua, Pangeran Bidae (Pangeran Hwikyung) dan Pangeran Morang (Pungwolju ke-3). Pangeran Bidae terlahir cacat sedangkan Pangeran Morang beribukan seorang wanita Baekje sehingga dia kehilangan hak atas tahta. Hal ini membuat para bangsawan Seon-geol mulai memperebutkan tahta, dan kubu Ibu Suri Jisoo keluar sebagai pemenang sehingga Jidwi bisa naik tahta.





HWARANG, AWAL MULA DAN TINGKATAN-TINGKATANNYA

Pembentukan Resimen Hwarang sebenarnya adalah inti cerita dalam drama ini walaupun kisah asmara dan juga perjalanan Jinheung untuk memerintah secara mandiri mengambil mengambil porsi yang lebih besar dari pada cerita pembentukan Resimen Hwarang.

Sesuai dengan cerita drama, Resimen Hwarang terbentuk pada masa pemerintahan Raja Jinheung. Tetapi, ada banyak sekali perbedaan antara sejarah asli dengan cerita drama mengenai terbentuknya resimen legendaris ini.

1. Tahun pembentukan Resimen Hwarang
Resimen Hwarang memang terbentuk pada masa pemerintahan Jinheung, tetapi jika latar drama adalah 12 tahun setelah Jinheung menjadi raja maka itu artinya saat adalah tahun 552, padahal Hwarang sudah terbentuk secara resmi pada tahun 540, tahun yang sama dengan tahun pertama pemerintahan Jinheung.

2. Tugas Pungwolju Hwarang
Sesuai sejarah, pungwolju pertama Hwarang adalah Wihwa, tetapi tampaknya dalam drama “Hwarang: Poet Of Youth” tugas pungwolju diartikan sebagai “guru Hwarang”, padahal tugas pungwolju adalah sebagai pemimpin dan komandan Resimen Hwarang. Tugas seorang guru Hwarang bukanlah sebagai pemimpin atau komandan Resimen Hwarang tapi sebagai pengajar para Hwarang. Dalam drama “Hwarang: Poet Of Youth”, peran Wihwa bukan sebagai Komandan Hwarang melainkan sebagai Guru Agung Hwarang. Sebutan bagi Guru Agung Hwarang bukan Pungwolju melainkan Gukseon. Sebagai perbandingan, jika para Hwarang adalah murid sekolah maka Pungwolju ibarat seorang Ketua OSIS, lalu ketua kelas mereka adalah Wonsanghwa (Hwarang senior), sedangkan kepala sekolah-nya adalah Gukseon. Sehingga, jika melihat perannya di dalam drama maka seharusnya jabatan Wihwa bukanlah Pungwolju melainkan Gukseon.

3. Pungwolju yang menjabat
Sesuai dalam drama, Wihwa adalah Pungwolju pertama, tetapi jika drama ini berlatarkan 12 tahun setelah Jinheung menjadi raja, yang artinya adalah tahun 551-552, maka seharusnya Pungwolju yang menjabat saat itu adalah Morang (Pungwolju ke-3, adik mendiang Komandan Nammo dari Resimen Wonhwa). Kemungkinan memang saat itu Wihwa menjabat sebagai guru para Hwarang, seperti yang diceritakan dalam drama, tetapi artinya sebutannya bukan Pungwolju, melainkan “Gukseon”, sebab Wihwa sudah pensiun pada masa itu. Latar drama adalah tahun ke-4 kepemimpinan Morang sebagai Pungwolju.

4. Syarat utama menjadi Hwarang
Ada dua syarat utama menjadi Hwarang. Sesuai dalam drama, salah-satu syarat utama adalah pemuda (tepatnya remaja) yang berasal dari kalangan bangsawan. Tetapi berbeda dari cerita drama, seorang Hwarang tidak mutlak harus berasal dari kasta Jin-geol. Syarat menjadi anggota Hwarang adalah berasal dari kalangan bangsawan, bukan hanya dari bangsawan Jin-geol. Jadi, bangsawan dari kasta Keenam, hingga Keempat bisa menjadi Hwarang, sedangkan dari kasta ketiga hingga kesatu dan rakyat jelata tidak bisa sebab mereka tidak bisa menduduki jabatan dalam pemerintahan dan militer padahal para Hwarang selepas pensiun dipanggil bergabung dalam pemerintahan atau militer. Syarat utama lainnya, yang tidak disebutkan dalam drama, adalah wajah yang cantik. Para Hwarang terkenal akan kecantikannya dan menjadi pelopor dikenalnya pria-pria berwajah cantik dari Korea di dunia. Jika wajah seorang Hwarang terluka dan tidak bisa ditutupi oleh riasan maka dia terpaksa harus pensiun. Demikian juga jika wajahnya sudah ‘tidak cantik’ lagi karena faktor usia, maka dia juga terpaksa harus pensiun. Syarat ini kelihatannya aneh bagi kerajaan lain tetapi tidak bagi Silla sebab pria-pria Silla dikenal berwajah cantik (sesuai dengan lukisan-lukisan Tiongkok dan catatan pemerintahan Kekaisaran Jepang). Ada banyak Hwarang yang terus mengabdi sebagai Hwarang hingga berusia 30-an dan bahkan berusia 40an, seperti Bojong (Pungwolju ke-16), dan itu artinya wajah Hwarang-hwarang itu masih tetap cantik walau sudah berumur. Kecantikan wajah pria-pria Silla ini dicatat dalam kitab Nihon Shoki (catatan sejarah Kekaisaran Jepang), yaitu ketika mereka menerima kunjungan kenegaraan Pangeran Chunchu (Pungwolju ke-18, dan raja Silla ke-29). Dalam catatan itu, Kim Chunchu disebutkan sebagai “....seorang diplomat dari Silla yang wajahnya sangat cantik...” (ko.wikipedia.org/무열왕) padahal saat itu (647 M) Pangeran Chunchu telah berusia 45 tahun.

5. Tingkatan dalam Resimen Hwarang
Banyak yang berpikir bahwa Pasukan Hwarang hanya terdiri dari para Hwarang, yang paling banyak jumlahnya hanya 500an Hwarang, padahal Hwarang-hwarang itu barulah golongan Kelompok Hwarang, sedangkan Pasukan Hwarang terdiri dari kelompok Hwarang dan kelompok Nangdo. Seorang Hwarang adalah seorang komandan yang memimpin pasukannya sendiri, yaitu para Nangdo-nya.

Organisasi Hwarang tentu memiliki tingkatan. Dalam Kelompok Hwarang (hanya terdiri dari Hwarang, Nangdo tidak termasuk dalam Kelompok Hwarang) posisi tertinggi dijabat oleh Pungwolju sebagai Komandan Resimen Hwarang. Guru Agung Hwarang adalah orang yang posisinya berada diatas Pungwolju, yang disebut Gukseon. Dibawahnya Pungwolju ada beberapa Hwarang yang menjabat sebagai Wonsanghwa (Wonsanghwa berbeda dengan Wonhwa). Wonsanghwa adalah Hwarang senior. Tetapi, karena drama ini menceritakan awal terbentuknya Hwarang maka wajar jika belum ada senioritas dalam Hwarang sehingga saat itu para Wonsanghwa tidak diceritakan. Biasanya setiap kota di Silla ada seorang Wonsanghwa yang ditugaskan memimpin para juniornya.

Sesuai dalam drama, tingkatan terendah di Pasukan Hwarang adalah Nangdo. Tetapi, cerita drama hanya menyebutkan masing-masing Hwarang hanya memiliki seorang Nangdo padahal Nangdo juga memiliki struktur organisasi sendiri, yang artinya Nangdo masing-masing Hwarang tidak cukup hanya satu, bahkan ada beberapa Hwarang yang memimpin lebih dari 1.000 orang Nangdo. Para Nangdo adalah bagian dari Pasukan Hwarang tetapi mereka bukan Hwarang. Mereka juga harus mengikuti kebiasaan para Hwarang saat berperang seperti tampil rapih dan yang paling penting adalah berdandan. Jika Hwarang angkatan pertama terdiri dari 50-100 orang Hwarang maka andaikan seorang Hwarang rata-rata memiliki Nangdo sebanyak 50 orang Nangdo maka kekuatan seluruh pasukan Hwarang adalah sekitar 2.550-6.000 orang. Ini adalah estimasi kekuatan Hwarang angkatan pertama (angkatannya Seonwoo, Jidwi, Sooho, dll), sebab pada masa penyerbuan ke Kerajaan Daegaya 3 tahun kemudian (554 M) Kelompok Hwarang sudah berjumlah lebih dari 200 orang dan seorang Hwarang rata-rata memiliki 500 Nangdo. Kelompok Hwarang dan Pasukan Hwarang terus berkembang menjadi lebih dari 500 orang Hwarang yang rata-rata memiliki Nangdo sekitar 1.000 Nangdo. Banyak Hwarang yang tercatat memiliki banyak sekali Nangdo, seperti Kim Sadaham (± 1.000 Nangdo), Kim Misaeng (10.000 Nangdo), dan Kim Yushin (10.000 Nangdo).


6. Kebiasaan dan peraturan Hwarang
Drama “Hwarang: Poet Of Youth” menceritakan tentang peraturan-peraturan Hwarang dengan cukup baik tetapi drama ini tidak membahas tentang kebiasaan para Hwarang, padahal para Hwarang memiliki kebiasaan yang khas. Resimen Hwarang memiliki banyak tradisi, tapi tidak semuanya tercatat dalam catatan sejarah. Namun, ada satu tradisi yang paling terkenal dari Resimen Hwarang. Berdandan.

Resimen Hwarang adalah satu-satunya resimen tempur yang pernah ada di dunia yang mewajibkan anggota resimennya untuk berdandan. Jangan membayangkan jika mereka berdandan ala mata-mata untuk aksi kamuflase, seperti yang dilakukan para prajurit Indian, karena mereka benar-benar berdandan seperti seorang wanita. Mereka memakai bedak, perona pipi, pewarna bibir, pewarna kelopak mata, penebal alis, dan sebagainya. Selain berdandan, mereka juga memakai parfum dan perhiasan. Dandanan dan perhiasan adalah hal yang wajib mereka pakai saat akan berperang, sebab sesuai tradisi mereka,
kebanggaan terakhir seorang Hwarang adalah tetap berwajah cantik saat gugur di medan perang”.

Tradisi ini sudah berlangsung saat Resimen Hwarang pertama kali terbentuk hingga resimen elit ini dibubarkan.


7. Seragam Hwarang
Sebenarnya, tidak banyak catatan tentang seragam para Hwarang. Hanya ada sedikit tulisan bahwa para “tentara cantik” Silla berperang tanpa memakai ketopong (topi perang), tetapi tetap menggunakan baju zirah berkualitas tinggi. Walau mungkin para Nangdo berperang menggunakan tameng (dan juga ketopong), tapi para Hwarang tidak menggunakan tameng saat berperang. Alasannya adalah karena penggunaan tameng akan memperlambat gerak mereka. Sedangkan, alasan mereka tidak menggunakan ketopong adalah agar ketopong itu tidak menutupi kecantikan mereka. Sebagai pengganti tameng mereka menggunakan besi tebal yang melapisi tangan mereka. Mereka juga menggunakan pelapis paha dan kaki dari besi. Berbeda dengan pasukan lain yang hanya memakai sepatu boots biasa, para Hwarang menggunakan sepatu dari kulit yang dilapisi besi, dan telapak kaki (sol sepatu luar) mereka juga dari logam. Selain baju zirah tebal, para Hwarang juga menggunakan jubah sebab mereka adalah para komandan pasukan (jubah perang hanya bisa digunakan komandan-komandan pasukan). Walau mereka diindikasikan tampil rapih dan mengikat rambut mereka sehari hari, tapi tampaknya saat melakukan tugas kenegaraan dan saat mereka berperang mereka tetap mengurai rambut mereka walau tetap memakai konde. Apa warna baju zirah mereka, atau apa warna jubah mereka, belum ada yang tahu. Demikian juga bentuk seragam mereka. Tetapi, ada satu bagian dari seragam Hwarang yang sudah diketahui luas melalui lukisan-lukisan dari Tiongkok, yaitu topi kecil berhias bulu angsa. Topi para Hwarang ini hanya menutup konde rambut mereka (bukan pengikat konde), yang di sisi kiri dan kanannya dihiasi oleh bulu angsa yang panjang. Topi kecil inilah yang ditetap digunakan oleh para Hwarang dan menjadi ciri khas seragam Hwarang. Tapi, topi bulu angsa ini tidak dimunculkan dalam drama.


8. Alasan dan tujuan awal pembentukan Resimen Hwarang
Sesuai cerita dalam drama, alasan pembentukan Hwarang adalah karena hegemoni politik di Silla pada masa itu, dan tujuan pembentukannya adalah untuk membentuk pasukan berani mati yang setia pada raja dan kerajaan sekaligus untuk menjadikan putra-putra para bangsawan sebagai jaminan (atau kata kasarnya sebagai “sandera”) agar para bangsawan dan tuan-tanah yang juga memiliki pasukan-pasukan pribadi, dan beberapa dari mereka adalah para komandan pasukan kerajaan, tidak memberontak. Lama-kelamaan, Resimen Hwarang semakin independen dan tidak bisa di-intervensi oleh anggota keluarga kerajaan.


9. Proses pembentukan Resimen Hwarang
Sesuai dengan cerita drama, orang-orang yang memprakarsai pembentukan Resimen Hwarang ini adalah Ibu Suri Jisoo dan Pungwolju Wihwa. Tetapi, cerita drama tidak menceritakan peran besar seorang tokoh lainnya dalam pembentukan Resimen Hwarang, yaitu kakek Raja Jinheung, mendiang Raja Beopheung. Resimen Hwarang terbentuk pada tahun 540 M, tahun pertama pemerintahan Raja Jinheung. Menurut catatan Samguk Sagi dan Hwarang Sagi, ada indikasi bahwa para pemuda Hwarang sudah ada sebelum tahun 540, yang eksistensi ada bersama-sama dengan Resimen Wonhwa, tetapi, saat itu mereka hanyalah para pemuda bangsawan cendekia yang dikumpulkan oleh raja untuk belajar. Karena Jinheung menjadi raja diusia belia, maka kecil kemungkinan dialah yang memprakarsai terbentuknya komunitas pemuda cendekia ini. Pendahulunya, Raja Beopheung, yang membentuk kelompok pemuda bangsawan cendekia ini. Tidak mungkin Hwarang langsung bisa dibentuk dalam setahun. Seharusnya, sudah ada cikal-bakalnya yang eksis pada masa sebelum itu, dan cikal-bakal resimen ini adalah kelompok pemuda cendekia yang dibentuk oleh Raja Beopheung. Walaupun usia penerimaan Resimen Hwarang umumnya adalah 14-15 tahun tetapi sepertinya hal itu tidak berlaku saat pertama-kali resimen ini terbentuk sebab pada saat itu Wihwa, yang diangkat sebagai pungwolju, telah menginjak usia menikah dan bahkan seudah memiliki cucu. Saat itu, tampaknya para pemuda cendekia senior yang sebelumnya dikumpulkan oleh Raja Beopheung menjabat sebagai Wonsanghwa (Hwarang senior), dan karena Wihwa adalah tokoh yang paling berpengaruh, dan berjasa besar dalam proses pengangkatan Jinheung sebagai raja, maka dia diangkat sebagai Pungwolju oleh Ibu Suri Jisoo. Para Pungwolju awal seperti Wihwa, Mijinbu, dan Morang adalah para anggota kelompok Hwarang mula-mula yang dikumpulkan oleh Raja Beopheung, sedangkan Pungwolju ke-4, Yihwa (putra Wihwa) dan wakilnya, Toham (kakak Sadaham), adalah generasi pertama Resimen Hwarang yang dibentuk pada tahun 540.





WONHWA

Kisah tentang Wonhwa muncul dalam episode-episode pertengahan. Dalam drama diceritakan bahwa Putri Sukmyeong dan Ahro diangkat sebagai dua Komandan Wonhwa, menggantikan Komandan Nammo dan Komandan Junjeong.

Banyak yang bertanya-tanya mengenai Resimen Wonhwa sebab minim sekali info tentang resimen ini. Resimen Wonhwa adalah resimen yang benar-benar ada. Resimen ini adalah pendahulu dari Resimen Hwarang. Jika Resimen Hwarang terdiri dari pemuda-pemuda bangsawan berwajah cantik maka Resimen Wonhwa terdiri dari gadis-gadis bangsawan yang juga berwajah cantik. Proses perekrutan anggota Wonhwa tidak diketahui dengan pasti tetapi diduga mirip dengan proses perekrutan Resimen Hwarang. Proses pelatihan dan kurikulum Resimen Wonhwa juga diduga sama seperti yang diberikan dan dipelajari Resimen Hwarang ditahun-tahun awal.

Berbeda dengan Resimen Hwarang yang terdiri dari beberapa komandan, yang membawahi para Nangdo-nya, Resimen Wonhwa hanya terdiri dari dua komandan.

Sesuai dengan cerita dalam drama, dua komandan pertama Resimen Wonhwa adalah Nammo dan Junjeon. Masih sesuai dengan cerita drama, Resimen Wonhwa berakhir akibat konflik internal antar komandan-komandannya, yang membuat Komandan Nammo terbunuh sedangkan Komandan Junjeong berhasil bertahan hidup. Menurut catatan sejarah, konflik ini bermula dari kecemburuan Komandan Junjeong pada Komandan Nammo. Junjeong memang tidak kalah cantik dari Nammo tetapi dibandingkan dengan Nammo, tetapi kasta kebangsawanan Nammo jauh lebih tinggi dari Junjeon. Entah apakah Junjeon adalah kasta Seon-geol, tetapi dia bukan anggota keluarga kerajaan, sedangkan Nammo adalah putri dari raja yang berkuasa, Raja Beopheung. Walau demikian, akar konflik antar komandan Wonhwa ini masih misteri sebab tidak dijelaskan dengan detail. Celah inilah yang dimanfaatkan oleh penulis naskah drama untuk memasukan konflik tambahan di Resimen Wonhwa.

Walau banyak kemiripan antara kisah nyata dan kisah dalam drama, tetapi tentu ada yang berbeda. Dalam drama, tidak ditunjukkan berapa banyak jumlah tentara Resimen Wonhwa padahal menurut kitab Hwarang Sagi, Resimen Wonhwa setidaknya terdiri dari 300 orang prajurit wanita. Dalam drama juga, tidak ditunjukkan besarnya peran Wihwa dan Park Yeong-sil dalam konflik resimen ini, dan hanya fokus pada peran Ibu Suri Jisoo, padahal Wihwa dan Park Yeong-sil berperan besar dalam konflik ini. Seperti yang dicatat dalam sejarah, kecemburuanlah yang mengawali kehancuran Resimen Wonhwa. Rupanya, Komandan Junjeon didukung oleh kubu Park Yeong-sil. Ini membuat Ibu Suri Jisoo, yang adalah salah-satu istri Park Yeong-sil menjadi sangat cemburu. Ibu Suri Jisoo (saat itu masih menjadi Putri Jisoo) mendukung Nammo dan membuat tidak ada satupun anggota Wonhwa yang mengikuti Junjeon. Park Yeong-sil tidak bisa banyak membantu Junjeong sebab posisinya juga terancam, oleh karena itu Junjeong meminta bantuan Wihwa, yang menyambut baik permintaannya dengan memberikan sejumlah Nangdo yang mengabdi padanya untuk mengabdi pada Junjeon. Hal ini semakin memperkeruh suasana sebab jarak antara dua komandan ini semakin melebar. Nammo yang mendapat lebih banyak dukungan, termasuk dari raja, dan para bangsawan tinggi seperti Pangeran Mijinbu, yang adalah suami Nammo, dan ini membuat Junjeon cemburu. Pada suatu kesempatan, Junjeon dan Nammo diundang ke istana. Entah bagaimana, terjadi perkelahian antar dua komandan ini (mungkin juga melibatkan para Nangdo-nya) dan berakhir dengan kematian Nammo. Kematian putrinya membuat Raja Beopheung syok dan langsung membubarkan Resimen Wonhwa. Junjeon tidak ikut tewas dan tidak dieksekusi, tetapi dia tampaknya meninggalkan Silla dan kabarnya tidak didengar lagi. Konflik ini juga sempat mencoreng reputasi Wihwa dan Park Yeong-sil sebagai pendukung kubu yang diasingkan. Raja Beopheung lalu meninggal ditahun yang sama dengan tahun pembubaran Wonhwa.

Catatan Hwarang Sagi tentang konflik internal Wonhwa semakin mempertegas eksistensi Resimen Hwarang sebelum tahun 540 sebab menurut catatan sejarah saat itu menyebutkan bahwa Wihwa telah memiliki Nangdo. Wonhwa juga bukanlah sekelompok Gisaeng (seperti yang ditulis dalam catatan-catatan Dinasti Joseon) melainkan sekelompok prajurit wanita yang terlatih.





HWABAEK

Dalam drama ada adegan rapat para menteri, baik kubu pendukung ratu maupun kubu oposan ratu. Rapat ini bukanlah rapat kabinet, sebab tidak semua menteri tergabung dalam rapat ini. Ini adalah rapat Dewan Negara yang disebut Hwabaek.

Hwabaek berbeda dengan Dewan Istana sebab Dewan Istana hanya terdiri dari para anggota keluarga kerajaan. Dalam pengambilan keputusan, Hwabaek tampaknya sering menggunakan sistem voting. Adapun keputusan-keputusan yang diambil menyangkut kondisi kerajaan, seperti kebijakan ekonomi, kebijakan pertahananan, pangan, dan sebagainya. Keputusan yang diambil oleh anggota Hwabaek tidak langsung dijalankan sebab harus disetujui oleh raja. Namun, pada masa pemerintahan raja-raja yang lemah, keputusan Hwabaek juga bisa menjadi keputusan final.





PERJUDIAN DI SILLA

Adegan perjudian adalah salah-satu adegan di episode awal. Melihat adegan perjudian terbuka dalam drama dengan latar era Silla (dan era Tiga Kerajaan, juga Goryeo) lebih mudah ketimbang melihat adegan ini di drama-drama berlatarkan Joseon. Ini dikarenakan ideologi kerajaan yang dianut saat itu.

Pada masa Tiga Kerajaan (Goguryeo, Baekje, dan Silla) dan juga Goryeo, Kongfusianisme belum menjadi ideologi negara dan hanya menjadi filsafat acuan dalam pemerintahan. Oleh karena itu, Kongfusianisme belum menyentuh kehidupan sosial masyarakat saat itu. Para raja Silla dan pria-pria Silla menggunakan perhiasan, termasuk anting-anting, dan merias wajah mereka, sedangkan dalam Kongfusianisme hal-hal itu adalah tabu. Inilah mengapa para pencatat sejarah dimasa Joseon mendiskreditkan kelompok Hwarang sebagai kelompok pemuda shaman, dan berusaha mengecilkan fakta bahwa para pemersatu Korea asal Silla, termasuk Jenderal Kim Yushin dan Raja Taejong Muyeol, adalah anggota Hwarang. Selain itu, Silla juga lebih menghormati prinsip kesetaraan gender dengan merekrut wanita sebagai prajurit, seperti Resimen Wonhwa, dan mengangkat tiga ratu selama pemerintahannya. Pernikahan poliandri (istri memiliki suami lebih dari satu) yang lumrah di era Silla juga adalah hal tabu di masa Joseon sehingga pihak Joseon menulis bahwa Ratu Jinseong adalah seorang ratu yang amoral. Sarjana-sarjana Joseon juga menulis bahwa Resimen Wonhwa adalah sekelompok gisaeng. Selain itu, Ratu Seondeok juga digambarkan sebagai seorang ratu yang memiliki banyak sekali simpanan. Ini disebabkan para sejarawan Kongfusian Joseon sangat sulit menerima tradisi poliandri, kepemimpinan wanita, dan juga keberadaan tentara wanita.

Ideologi Kongfusianisme inilah yang membuat Joseon melarang perjudian dan tidak pernah melegalkan rumah-rumah judi. Larangan berjudi ini juga berlaku hingga sekarang bagi seluruh warga Korea Selatan. Larangan perjudian dalam negeri dilarang dengan alasan merusak mental dan mencegah tindakan pencucian uang, sedangkan larangan perjudian di luar negeri adalah untuk mencegah uang dan kekayaan negara dihabiskan diluar negeri. Tetapi, pada masa Silla, perjudian adalah bisnis yang legal.





PERJODOHAN ANTARA RAJA JINHEUNG DENGAN PUTRI SUKMYEONG

Cerita perjodohan Raja Jinheung dan Putri Sukmyeong adalah salah-satu warna dalam drama ini. Sesuai dengan catatan sejarah, kedua orang ini kelak menikah karena perjodohan. Alasannya adalah untuk menjaga kemurnian kasta. Walaupun pada masa sekarang pernikahan antar saudara-tiri ini adalah pernikahan terlarang tetapi pada masa itu di Silla, hal ini adalah biasa.





PERSETERUAN ANTARA IBU SURI JISOO DAN PARK YEONG-SIL

Perseteruan Ibu Suri Jisoo dan Park Yeong-sil ditunjukan sejak episode awal hingga episode terakhir. Perseteruan ini memang ada, tetapi tidak se-intens seperti didalam drama.

Catatan awal tentang perselisihan Ibu Suri Jisoo dan Park Yeong-sil diketahui bermula saat Resimen Wonhwa didirikan. Saat itu, Park Yeong-sil mendukung Komandan Junjeong, dan tampaknya memiliki hubungan khusus dengan Junjeong. Ini membuat Ibu Suri Jisoo cemburu dan mempengaruhi para prajurit Wonhwa sehingga tidak ada satu-pun dari 300 prajurit wanita Wonhwa yang mengikuti Junjeon. Otomatis, Komandan Nammo-lah yang mendapatkan banyak dukungan. Ini membuat Junjeong cemburu dan mengakibatkan konflik terbuka antara dua komandan itu. Kematian Komandan Nammo karena dibunuh Junjeon membuat reputasi Park Yeong-sil jatuh, dan sepertinya sejak itu hubungannya dengan Ibu Suri Jisoo memburuk.

Tetapi, Park Yeong-sil bukanlah orang yang akan begitu saja menjatuhkan ibu suri dan Raja Jinheung. Alasan perbedaan kasta dan klan juga tidak bisa digunakan Park Yeong-sil untuk menjatuhkan Ibu Suri Jisoo dan Raja Jinheung sebab Park Yeong-sil juga bukanlah seorang Jin-geol melainkan seorang bangsawan Seon-geol.

Perseteruan ini dimunculkan dalam drama sebab setiap drama tentunya harus memiliki tokoh antagonis, dan tokoh Park Yeong-sil dipilih untuk menempati peran ini.





PERSETERUAN ANTARA IBU SURI JISOO DAN PANGERAN HWIKYUNG

Perseteruan Ibu Suri Jisoo dan Pangeran Hwikyung ditunjukan pada episode-episode pertengahan hingga episode terakhir. Perseteruan ini memang ada, tetapi seharusnya tidak muncul begitu cepat dan se-intens seperti didalam drama.

Tokoh Pangeran Hwikyung mengambil kisah putra sulung Raja Beopheung, Pangeran Bidae. Seharusnya, Pangeran Bidae yang menjadi pewaris tahta tetapi manuver Ibu Suri Jisoo membuat Pangeran Bidae kehilangan hak-nya, dengan alasan karena beliau sakit-sakitan (kemungkinan besar cacat). Tetapi, walau berseteru seharusnya perseteruan mereka belum muncul saat itu sebab Pangeran Hwikyung saat itu seharusnya masih berusia 20-an atau awal 30-an dan belum memiliki anak sebesar Seon-woo.





HUBUNGAN DAMAI DENGAN BAEKJE

Kerajaan Baekje, bersama dengan Silla, adalah salah-satu dari Tiga Kerajaan kuno di Korea. Kerajaan lainnya adalah Kerajaan Goguryeo. Sesuai dengan cerita dalam drama, saat itu Silla dan Baekje menjalin hubungan damai yang sudah berlangsung selama lebih dari satu abad. Walau demikian, selalu ada sikap saling curiga satu-sama lain.

Kerajaan Baekje adalah kerajaan yang jauh lebih kuat dan lebih luas dari Silla. Baekje adalah lelulur dari orang-orang Jeolla. Kota Seoul dulunya juga adalah wilayah Baekje. Mereka adalah “Kerajaan Berteknologi Tinggi” di Asia Timur dan menjadi penyalur utama budaya, teknologi, dan agama Buddha ke Jepang. Teknologi tembikar (keramik) Jepang dan teknologi kuno Jepang berasal dari Baekje. Agama Buddha juga masuk ke Jepang berkat seorang biksu Baekje. Selain itu, Baekje juga adalah kerajaan maritim terbesar di Asia Timur saat itu. Bahkan Kekaisaran Tiongkok dan juga Kerajaan Goguryeo tidak mampu mengalahkan armada perang Baekje. Pada masa itu, orang-orang Baekje sangat meremehkan orang-orang Silla, mulai dari teknologi, budaya yang berbeda (Silla adalah kerajaan yang budayanya jauh berbeda dari dua kerajaan lain dan budaya Korea yang kita ketahui pada masa ini), dan juga pria-pria Silla yang berwajah cantik.

Sebagai kerajaan yang batas wilayahnya paling dekat dengan Silla, tentunya Silla mau tak mau harus memiliki hubungan yang baik dengan Baekje agar tidak diserang dari dua arah, sebab saat itu Kerajaan Goguryeo bukan negara sahabat Silla. Raja Jinheung justru adalah raja yang mengakhiri perjanjian damai antar dua kerajaan ini dengan mencaplok wilayah Baekje menjadi wilayah Silla. Ini membuat Putra Mahkota Chang dan ayahnya murka. Adapun alasan Jinheung mengakhiri perjanjian damai dengan Baekje adalah karena Silla harus menaklukan Baekje dan mempersatukan Korea, oleh karena itu perang harus dimulai.

Dalam dialog-dialog Putra Mahkota Chang di drama kisa mendengar dia menyebut Baekje dengan nama “Nambuyeo”, bukannya Baekje. Ini tidak salah dan memang sesuai sejarah sebab nama lain Baekje memang “Nambuyeo”. Ada beberapa kerajaan di Korea yang menggunakan nama Buyeo, yaitu, Kerajaan Bukbuyeo (berdiri pada 108 SM) dan Kerajaan Dongbuyeo (pendahulu Kerajaan Goguryeo, berdiri pada 86 SM). Semua kerajaan ini, termasuk Nambuyeo (Baekje) diturunkan oleh Kekaisaran Buyeo Raya (239 SM- 424 SM). Baekje dan Goguryeo adalah kerajaan-kerajaan yang diturunkan langsung oleh Kekaisaran Buyeo Raya, karena Jumong (pendiri Goguryeo) berasal dari Kerajaan Bukbuyeo (Kerajaan Buyeo Utara) sedangkan Baekje didirikan oleh putra Jumong sehingga mereka juga menyebut kerajaan mereka dengan nama Nambuyeo (Buyeo Selatan). Kedua kerajaan ini juga sering memanggil bangsa mereka sebagai “orang Buyeo” dan kebudayaan mereka digolongkan sebagai “Kebudayaan Buyeo”, sedangkan kebudayaan Silla dan kebudayaan Gaya adalah kebudayaan yang sangat berbeda dengan dengan kebudayaan Buyeo karena bukan berasal dari Buyeo sehingga tidak pernah orang Silla menyebut diri mereka sebagai “bangsa Buyeo”.





LATAR WAKTU DALAM DRAMA

Latar waktu dalam drama disebutkan dengan jelas, “1.500 tahun yang lalu, pada tahun ke-12 pemerintahan Jinheung sebagai raja Silla, kerajaan terlemah dari Tiga Kerajaan....”, yang artinya saat itu adalah tahun 551-552 sebab Jinheung naik tahta pada tahun 540.

Sesuai kisah drama, saat itu Ratu Jisoo memang masih menjadi wali negeri (regen). Tetapi, jika mengacu pada latar tahun dalam drama ada banyak peristiwa dan tokoh yang kejadian dan perannya tidak sesuai dengan catatan sejarah, yaitu:

1.Pembentukan Resimen Hwarang
Jika saat itu adalah tahun 552 maka seharusnya Resimen Hwarang sudah dua belas tahun resmi dibentuk, bukan masih resimen muda yang baru mencari anggota. Selain itu, seharusnya Resimen Hwarang sudah cukup besar dan masing-masing Hwarang sudah memiliki banyak sekali Nangdo sebab mereka sedang dalam masa-masa perang dengan Kerajaan Baekje dan Kerajaan Daegaya.

2.Pungwolju yang menjabat
Jika saat itu adalah tahun 551-552 maka seharusnya Pungwolju yang menjabat saat itu bukan Wihwa, melainkan Pangeran Morang (putra Raja Beopheung, adik-tiri Pangeran Hwikyung, dan paman Raja Jinheung).

3.Keberadaan Pangeran Hwikyung
Seperti yang sudah disebutkan diatas, seharusnya Pangeran Hwikyung masih berusia 20-an belum memiliki anak sebesar Seon-woo.

4.Pembentukan kembali Resimen Wonhwa
Pasca pembubarannya, kelangsungan Resimen Wonhwa masih misteri, tetapi Putri Sukmyeong dan Ahro tidak tercatat sebagai komandan Wonhwa. Mishil-lah yang tercatat sebagai komandan Wonhwa, dan pengangkatannya sebagai komandan Wonhwa baru terjadi pada tahun 568. Sebelum tahun itu, kisah para komandan Resimen Wonhwa tidak ada dalam catatan sejarah.

5.Kematian Ibu Suri Jisoo
Dalam drama diceritakan tidak lama setelah Resimen Hwarang dibentuk, Jinheung-pun memerintah secara mandiri, dan Ibu Suri Jisoo mangkat. Ini artinya menurut versi drama Ibu Suri Jisoo meninggal di kurun tahun 552-553. Padahal, menurut catatan sejarah Ibu Suri Jisoo baru meninggal pada tahun 574 M, atau 22-23 tahun lebih lama dari yang diceritakan dalam drama.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Adapun tokoh-tokoh yang muncul dalam drama “Hwarang: Poet Of Youth”, dan apakah tokoh dan kisah mereka adalah nyata atau tidak dalam sejarah, adalah sebagai berikut:



SEON-WOO atau GAE-SAE atau MOO-MYEONG

Tokoh Seonwoo diperankan oleh aktor muda Park Seo-joon. Dia adalah salah-satu aktor muda yang sedang naik daun. Park Seo-joon mengawali debutnya lewat drama “Dream High 2” pada tahun 2012, dan mulai meraih popularitas setelah membintangi drama-drama berating tinggi seperti “Witch’s Romance”, “Kill Me Heal Me”, “She Was Pretty” dan "Fight For My Way".

Dalam cerita drama, Seon-woo adalah sahabat Makmoon dan putra kandung dari Pangeran Hwikyung dengan Komandan Junjeon. Dia dipanggil “Gae Sae” yang artinya “anjing gila” karena dia sangat jago berkelahi. Dia adalah seorang yang sangat setia kawan dan bertekad melindungi orang-orangnya. Tujuannya bergabung ke Resimen Hwarang adalah untuk melindungi Kim Ahnji dan Ahro, serta membalas dendam kematian sahabatnya, Makmoon (Seon-woo yang asli).

Ayah dan ibunya adalah tokoh nyata, tetapi Seon-woo adalah tokoh fiksi. Peristiwa yang melibatkannya juga rata-rata adalah fiksi. Walaupun di wikipedia juga tertulis bahwa tokoh Seon-woo adalah Kim Isabu (tokoh sejarah nyata), tetapi Seonwoo terlalu muda untuk memerankan seorang jenderal dan pejabat senior seperti Kim Isabu. Dan lagi, hal itu adalah mustahil sebab Kim Isabu adalah suami kedua Ibu Suri Jisoo yang sudah menikahi Ibu Suri Jisoo sebelum Jinheung naik tahta, artinya, jika Seonwoo adalah Kim Isabu maka seharusnya saat itu usianya sudah tua. Dan lagi Kim Isabu adalah ayah kandung Putri Sukmyeong, sehingga, walau Seonwoo memakai nama Kim Isabu (dalam drama) tetapi dia bukanlah tokoh Jenderal Kim Isabu.

Seonwoo seharusnya bukan putra dari Pangeran Hwikyung sebab pada saat itu (sesuai latar tahun dalam drama, tahun 552) Pangeran Hwikyung seharusnya masih sangat muda dan belum memiliki putra sebesar Seonwoo. Pangeran Hwikyung memang memiliki putra tetapi putranya ini bernama Pangeran Bibo yang baru lahir pada tahun 549, yang artinya saat itu Bibo baru berusia 3 tahun sehingga sudah pasti dia bukan Seonwoo.

Walau Seonwoo adalah tokoh fiksi tetapi latar-belakang Seonwoo tetap menarik untuk dibahas. Dalam drama, diceritakan bahwa status kebangsawanan Seonwoo mengikuti latar-belakang ayah angkatnya, Anji-gong, yaitu sebagai bangsawan campuran (Jin-geol dan rakyat biasa), sehingga dia diperlakukan seperti orang yang berasal dari kalangan rakyat jelata. Memang status kebangsawanan Seonwoo, yang dianggap setengah Jin-geol dan setengah rakyat jelata, digolongkan sebagai kelas campuran tetapi dia tidak seharusnya diperlakukan rendah dan dihina-hina, sebab walaupun dia dari kelas campuran tetapi itu tidak berarti saat itu Seonwoo kehilangan status kebangsawanannya, sebab status kebangsawanan Seonwoo hanya turun satu tingkat yaitu menjadi bangsawan Kasta Ke-6 (setingkat dibawah Kasta Jin-geol), yang dikategorikan sebagai kasta menengah. Beberapa pengikut Ban-ryu juga berasal dari Kasta Ke-6.

Kisah fiktif Seon-woo, serta alur drama yang berpusat dan menyesuaikan dengan tokohnya, bisa ada di dalam drama sebab dialah tokoh utama drama. Mungkin tokohnya terinspirasi dari Pangeran Mijinbu (Pungwolju ke-2) atau Pangeran Morang (Pungwolju ke-3) sebab jika melihat usia Seonwoo, yang disesuaikan dengan latar tahun dalam drama, maka usianya sebaya dengan Mijinbu dan Morang saat itu.





JI DWI ATAU SAMMAEKJONG (RAJA JINHEUNG)

Tokoh Jidwi diperankan oleh idol aktor Park Hyun-sik dari boyband ZE:A. Dia adalah salah-satu idol aktor yang populer, walaupun popularitas dan pencapaiannya sebagai aktor belum bisa menyaingi rekan se-grupnya, Im Siwan. Park Hyun-sik mengawali debutnya lewat peran kecil dalam drama “I Remember You” dan “Dummy Mommy” pada tahun 2012, dan mulai meraih popularitas setelah membintangi drama-drama populer “Nine: Nine Time Travels”, “The Heirs” dan sebagai tokoh utama dalam drama keluarga populer “What Happen With This Family” juga dalam drama "Strong Woman Do Bong-sun".

Dalam cerita drama, Ji-dwi adalah putra dari Ibu Suri Jisoo dengan Galmunwang Ipjong, dan raja Silla saat itu. Dia digambarkan sebagai raja yang tidak pernah diketahui wajahnya oleh seluruh rakyatnya. Oleh karena itu, dia berusaha merebut kembali tahta dari ibunya dan menyingkirkan para pengkhianat kerajaan, serta menjadi raja yang adil.

Tokoh Ji-dwi atau Jinheung adalah tokoh nyata. Sesuai dengan catatan sejarah beliau adalah raja Silla ke-24. Beliau dilahirkan pada 526 M (menurut Samguk Yusa) atau 534 (menurut Samguk Sagi) dan diangkat menjadi raja Silla pada 540 M diusia sehingga pada awal pemerintahannya roda pemerintahan dijalankan oleh ibunya, Ibu Suri Jisoo. Ayah kandung Jinheung bernama Galmunwang Ipjong (adik raja terdahulu, Raja Beopheung). Selain sebagai keponakan (paternal) Raja Beopheung, Jinheung juga adalah cucu (maternal) Raja Beopheung sebab ibunya adalah putri Raja Beopheung. Beliau memerintah Silla selama 36 tahun (540 M–576 M). Raja Jinheung menggunakan gelar “Daewang” (Raja Yang Agung) sebagai gelar raja Silla yang disematkan padanya. Raja Jinheung dianggap sebagai tokoh peletak dasar dari Kerajaan Silla Bersatu sehingga beliau dikenang sebagai salah-satu raja terbesar dalam sejarah Silla. Diakui secara luas bahwa Raja Jinheung adalah seorang politikus dan ahli strategi yang hebat. Sesuai cerita dalam drama, eranya merupakan era dimana pasukan legendaris “Hwarang” resmi dibentuk.

Sesuai dengan alur drama, Jinheung menikahi Putri Sukmyeong. Mengacu pada catatan sejarah, kemungkinan besar Putri Sukmyeong adalah istri pertamanya. Tetapi, karena skandal perselingkuhan sang putri maka dia-pun diusir dari istana oleh Jinheung, dan anak tunggal mereka, Pangeran Jongsuk, dicoret namanya dari daftar pewaris, dan tidak diakui sebagai putra pertama Jinheung. Ini membuat anak-anak Jinheung dari Ratu Sado-lah yang berada didaftar suksesi dan membuat Pangeran Jongsuk ditulis sebagai putra keempat Jinheung. Putri Sukmyeong bukanlah satu-satunya adik-tirinya yang dinikahi Jinheung karena dia juga menikahi adik-tiri seibu lainnya yang bernama Putri Bo-myeong (nenek maternal Kim Yangdo, Pungwolju ke-22). 

Kisah tentang Jinheung dalam drama sebagian besar masih sesuai catatan sejarah walaupun kisah romansa-nya dengan Ahro dipastikan fiktif demikian juga penyusupannya di Resimen Hwarang, walau memang apapun bisa terjadi saat itu karena sebagian besar catatannya sudah musnah saat Hwarang Sagi, Samguk Sagi, dan Samguk Yusa ditulis.

Dalam drama diceritakan bahwa selain Ibu Suri Jisoo dan dua orang pengawal, tidak ada yang tahu wajah Jinheung saat dewasa. Walau hal ini sangat dramatis tetapi ini adalah peristiwa yang mungkin terjadi sebab Jinheung naik tahta diusia muda dan Ibu Suri Jisoo yang menjadi wali negeri (regen), sehingga memang ada kemungkinan jika para pejabat dan rakyat hanya melihat wajah Jinheung saat penobatannya sebagai raja ketiga dia masih remaja, dan dia tidak pernah tampil didepan umum lagi setelah itu sehingga tidak ada yang tahu wajahnya saat sudah dewasa.

Sebagai raja Silla, Jinheung melakukan banyak hal yang bertahan lama hingga keruntuhan Silla, bahkan hingga era sekarang. Tanpa visi dan misi Raja Jinheung untuk mempersatukan Korea maka peta Korea modern pasti akan berbeda. Meskipun wujud dari penyatuan Semenanjung Korea terjadi hampir satu abad setelah kematiannya, namun tanpa gagasan visionernya maka penyatuan itu mungkin akan lebih lama terjadi. Inilah mengapa dalam sejarah Silla beliau disebut “Jinheung Daewang”, yang artinya “Raja Jinheung Yang Agung” walaupun pemberian gelar diera Joseon, yang tetap diakui hingga sekarang, hanya menyebut dua orang raja Korea yang bergelar “Raja Yang Agung”, yaitu Raja Gwanggaeto dari Goguryeo dan Raja Sejong dari Joseon.

Raja Jinheung wafat pada tahun 576 masehi, ditahun yang sama dengan ketika Resimen Hwarang dianggap resmi dibentuk sebagai sebuah resimen militer kerajaan, sebab sebelumnya Resimen Hwarang masih berupa resimen pemuda bangsawan yang keikut-sertaan mereka dalam perang masih bersifat sukarela. Jinheung memerintah Silla selama 36 tahun.





KIM AHRO

Tokoh Ahro diperankan oleh aktris muda Go Ah-ra. Walaupun dia adalah aktris muda tetapi dia adalah yang paling senior diantara semua aktor dan aktris muda dalam drama ini dan debut aktingnya hampir bersamaan dengan pemeran-pemeran senior lainnya. Go Ah-ra mengawali debut lewat drama “Sharp” pada tahun 2003. Dia melakoni film debutnya justru melalui film asing produksi Jepang yang berjudul “Gengis Khan: To the Ends of the Earth and Sea” pada tahun 2007, dimana dia memerankan salah-satu tokoh sentral Kekaisaran Mongol. Go Ah-ra mulai meraih popularitas setelah membintangi drama dan film populer seperti film “Papa” dan “Joseon Magician”, dan drama “Who Are You”. Tapi, drama yang melambungkan namanya adalah drama “Reply 1994” dan “You’re All Surrounded”.

Dalam cerita drama, Ahro adalah putra dari Anji-gong, dan kekasih Seonwoo. Kasta Ahro disebutkan dengan jelas, yaitu sebagai kasta campuran karena ayahnya adalah Jin-geol dan ibunya adalah wanita biasa. Dia adalah gadis periang yang mendapatkan uang tambahan berkat talentanya sebagai seorang pendongeng. Selain mahir mendongeng, Ahro juga mewarisi bakat ayahnya yang adalah seorang tabib. Dia berusaha membayar utang-utang keluarganya dan mencari keberadaan kakak-kandungnya.

Ahro sebenarnya adalah tokoh fiksi dan peristiwa yang melibatkannya juga rata-rata adalah fiksi.

Dalam drama, diceritakan bahwa status kebangsawanan Ahro adalah bangsawan campuran sebab ayahnya adalah Jin-geol dan ibunya adalah wanita biasa, sehingga dia diperlakukan seperti orang yang berasal dari kalangan rakyat jelata. Memang status kebangsawanan Ahro, yang setengah Jin-geol dan setengah rakyat jelata, digolongkan sebagai kelas campuran tetapi dia tidak seharusnya diperlakukan rendah dan dihina-hina, sebab walaupun dia dari kelas campuran tetapi itu tidak berarti Ahro kehilangan status kebangsawanannya. Karena ber-ayahkan seorang Jin-geol dan ibu seorang wanita biasa maka secara otomatis status kebangsawanan Ah-ro turun satu tingkat yaitu menjadi bangsawan Kasta Ke-6 (kasta yang berada tepat dibawah Kasta Jin-geol), yang dikategorikan sebagai kasta menengah.

Kisah Ahro, serta alur drama yang berpusat dan menyesuaikan dengan tokohnya, bisa ada di dalam drama sebab dialah tokoh utama wanita. Mungkin tokoh dan kisahnya terinspirasi dari tokoh Mishil dan Putri Bomyeong, walaupun masa hidup mereka berbeda, sebab di dalam drama dikisahkan bahwa Ahro diangkat menjadi salah-satu Komandan Wonhwa, posisi yang dijabat oleh Mishil sebagai Komandan Wonhwa pertama yang namanya tercatat setelah konflik internal resimen itu. Sedangkan, Putri Bomyeong adalah putri Ibu Suri Jisoo dengan salah-satu tabibnya yang bernama Guriji. Tokoh Guriji ini adalah inspirasi dari tokoh ayah Ahro Menurut kitab Hwarang Sagi, Putri Bomyeong dinikahkan dengan Raja Jinheung.





MAKMOON atau SEONWOO (yang asli)

Tokoh Makmoon diperankan oleh aktor dan entertainer Lee Gwang-soo. Walaupun dia adalah seorang aktor tetapi dia lebih populer sebagai seorang entertainer melalui variety show “Running Man”. Lee Gwang-soo mengawali debut akting lewat peran kecil di drama “The Scale of Providence” pada 2008. Dia melakoni film debutnya melalui “Battlefield Heroes” pada 2011. Lee Gwang-soo mulai meraih popularitas sebagai seorang aktor setelah membintangi drama populer “Dong Yi” dan “City Hunter”. Karir aktingnya semakin menanjak berkat peran-perannya bersama dengan aktor-aktor ternama seperti dalam drama “Innocent Man”, “Jung Yi, Goddess Of Fire”, dan “It’s Ok That’s Love”.

Dalam cerita drama, Makmoon adalah putra Anji-gong, dan kakak akndung Ahro. Kasta Makmoon disebutkan dengan jelas, yaitu kasta campuran yang ayahnya adalah Jin-geol dan ibunya adalah wanita biasa. Dia juga adalah Seon-woo yang asli. Mak-moon adalah pria yang tubuhnya sangat tinggi tapi lemah, sehingga dia bergantung pada Gae-sae (Moomyeong). Dia selalu membanggakan kebangsawanan keluarganya dan kecantikan adik-perempuannya.

Sama seperti Seon-woo, Makmoon juga adalah tokoh fiksi. Peristiwa yang melibatkannya juga rata-rata adalah fiksi termasuk kehidupannya di Makmangcheon.

Kisah fiktif Makmoon serta alur drama yang melibatkan tokohnya bisa ada di dalam drama sebab kematiannya adalah alasan tokoh utama drama bergabung di Resimen Hwarang.





KIM AHNJI-GONG

Tokoh Ahnji-gong diperankan oleh aktor senior Choi Won-young. Choi Won-young mengawali debut aktingnya lewat film “Sex Is Zero” pada 2002. Dia baru melakoni debut dramanya lewat drama spesial “She’s Smiling” pada 2006. Choi Won-young mulai meraih popularitas setelah membintangi drama-drama populer seperti drama “You Are My Destiny”, “Two Wives”, dan “The Great Queen Seondeok”. Tapi, drama yang melambungkan namanya adalah drama “The Heirs”.

Dalam cerita drama, Ahnji-gong adalah ayah dari Makmoon dan Ahro. Kasta Ahn-ji-gong adalah Jin-geol.

Berbeda dengan Seon-woo dan Ahro, Ahnji-gong adalah tokoh nyata walau kisahnya sudah di-modifikasi dan namanya diganti. Tokoh Ahnji-gong dan kisahnya dengan Ibu Suri Jisoo terinspirasi dari tokoh nyata yang bernama Guriji. Guriji adalah tabib akupuntur kepercayaan Ibu Suri Jisoo yang kemudian menjalin hubungan (mungkin juga menikah) dengan Ibu Suri Jisoo. Hubungan Ibu Suri Jisoo dan Gujin membuahkan seorang putri yang bernama Putri Bomyeong (nenek dari Kim Yangdo, Pungwolju ke-22 dan Kim Gun-gwan, Pungwolju ke-23). Walaupun dalam sejarah tidak ada catatan jika Guriji memiliki seorang putra (seperti Makmoon) tetapi kisah Guriji dan Ibu Suri Jisoo ini mirip dengan kisah Ahnji-gong.

Dalam drama, diceritakan bahwa status kebangsawanan Kim Ahnji-gong adalah bangsawan Jin-geol dan yang menikah dengan wanita biasa, sehingga anak-anaknya tidak dapat mewarisi status kebangsawanan Jin-geol. Walau demikian, seharusnya anak-anaknya tidak kehilangan status kebangsawanan karena status kebangsawanan mereka hanya turun satu tingkat yaitu menjadi bangsawan Kasta Ke-6 (kasta yang berada tepat dibawah Kasta Jin-geol), yang dikategorikan sebagai kasta menengah. Nama Ahnji-gong sebenarnya hanyalah Kim Ahn-ji. Gelar ‘-gong’ dibelakang namanya menunjukkan bahwa beliau adalah keturunan raja (dalam drama) atau anggota keluarga kerajaan, yang masih bisa dipanggil sebagai pangeran. Ini sama dengan gelar ‘-gong’ milik para bangsawan Jin-geol golongan pangeran lainnya seperti Jenderal Kim Yushin (Yushin-gong), Pangeran Kim Chunchu atau Raja Taejong Muyeol (Chunchu-gong), dan salah-satu cucu Ibu Suri Jisoo yang bernama Pangeran Alcheon (Alcheon-gong).

Kisah Ahn-ji-gong, serta kisahnya dengan Ibu Suri Jisoo, bisa ada di dalam drama sebab pertikaiannya dengan Ibu Suri Jisoo adalah awal-mula perjalanan panjang kehidupan putra-putrinya yang menjadi inti cerita drama.





IBU SURI JISOO

Tokoh Ibu Suri Jisoo diperankan oleh aktris senior Kim Ji-soo. Kim Ji-soo mengawali debut aktingnya lewat drama “Female Detective 8080” pada 1992. Dia baru melakoni debut filmnya lewat film “This Charming Girl” pada 2009. Popularitasnya mulai naik saat dia membintangi drama-drama populer seperti drama “The King of Legend”, dan “Memory”. Beliau juga bermain dalam film “Gangnam Blues”. Drama “Hwarang” ini adalah drama reuni-nya dengan aktor utama Park Seo-joon sebab sebelumnya mereka berdua bermain bersama dalam drama “One Warm Word”.

Dalam cerita drama, Ibu Suri Ji-soo adalah ibu dari Raja Jinheung dan Putri Sukmyeong, sehingga sudah tentu kastanya adalah Seon-geol.

Tokoh Ibu Suri Ji-soo adalah tokoh nyata. Beliau adalah putri raja terdahulu, Raja Beopheung, dan suami dari Galmunwang Ipjong yang adalah adik kandung raja Beopheung sehingga membuat putra-putranya selain menjadi cucu raja (maternal) juga menjadi keponakan (paternal) Raja Beopheung. Putra-putra Ibu Suri Jisoo dengan Galmunwang Ipjong adalah Raja Jinheung dan Galmunwang Sukheuljong (ayah Pangeran Alcheon dan kakek Jenderal Kim Yushin). Kisah nyata Ratu Jisoo dan kisahnya dalam drama cukup sesuai, walaupun tentu masih ada banyak perbedaan.

Dalam drama perseteruan utama adalah antara Ibu Suri Jisoo dengan Park Yeong-sil. Perseteruan ini memang ada, tetapi tidak se-intens seperti didalam drama. Mengapa? Sebab Park Yeong-sil adalah salah-satu suami Ibu Suri Jisoo, tepatnya suami ketiganya. Artinya, Park Yeong-sil adalah ayah-tiri Raja Jinheung. Pernikahan Park Yeong-sil dengan Ibu Suri Jisoo terjadi setelah suami pertama Ibu Suri Jisoo, Galmunwang Ipjong (ayah Jinheung) meninggal. Awal perselisihan Ibu Suri Jisoo dan Park Yeong-sil bermula dari Resimen Wonhwa. Saat itu, Park Yeong-sil mendukung Komandan Junjeong, dan tampaknya memiliki hubungan khusus dengan Junjeon. Ini membuat Ibu Suri Jisoo cemburu. Kematian Komandan Nammo karena membuat hubungan Park Yeong-sil dengan Ibu Suri Jisoo memburuk. Tetapi, Park Yeong-sil bukanlah orang yang akan begitu saja menjatuhkan Ibu Suri Jisoo dan Raja Jinheung sebab posisinya juga terancam jika Jinheung lengser karena dia pasti ikut disingkirkan oleh bangsawan klan Kim lainnya, apalagi dia berasal dari klan Park. Perseteruan ini dimunculkan dalam drama sebab tokoh Park Yeong-sil adalah tokoh antagonis utama dalam drama ini.

Park Yeong-sil hanyalah salah-satu suami dari Ibu Suri Jisoo, sebab selain Park Yeong-sil dan suami pertamanya, sang ibu suri juga memiliki beberapa suami. Jenderal Kim Isabu adalah suami kedua Ibu Suri Jisoo. Beliau-lah ayah dari Putri Sukmyeong dan Pangeran Sejong (Pungwolju ke-6). Kemudian, Ibu Suri Jisoo juga menjalin hubungan dengan Yihwa (Pungwolju ke-4, putra Kim Wihwa). Ibu Suri Jisoo juga menjalin hubungan asmara dengan tabib akupuntur-nya.

Ibu Suri Jisoo tidak menjadi wali negeri selama 12 tahun, sebab pada tahun pertama pemerintahan Raja Jinheung yang menjadi wali negeri adalah ratu utama Raja Beopheung, Ibu Suri Bodo, walau memang pemerintahan Raja Jinheung diwakilkan selama 12 tahun seperti dalam drama (satu tahun dipimpin Ibu Suri Bodo dan 11 tahun dipimpin Ibu Suri Jisoo). Perbedaan lain dari kisah nyata Ibu Suri Jisoo dengan kisah drama adalah waktu kematiannya. Dalam drama, Ibu Suri Jisoo meninggal sesaat setelah Jinheung memerintah secara mandiri padahal beliau baru meninggal pada tahun 574, sekitar 22-23 tahun lebih lama dari yang diceritakan dalam drama.

Walau ada banyak perbedaan tetapi masih banyak detail tentang beliau dalam drama yang sesuai dengan catatan sejarah, seperti masa pemerintahan beliau sebagai wali negeri berakhir pada tahun ke-12 pemerintahan Raja Jinheung. Juga, tentang pembentukan kembali Resimen Wonhwa (meskipun bukan Putri Sukmyeong dan Ahro yang menjadi komandannya).

Tokoh Ibu Suri Jisoo dimunculkan dalam drama sebab dari konflik-konflik yang melibatkan beliaulah kisah-kisah dalam drama ini tercipta.





PUTRI SUKMYEONG

Tokoh Putri Sukmyeong diperankan oleh aktris muda Seo Ye-ji. Seo Ye-ji adalah salah-satu aktris watak Korea yang sudah berakting sejak belia. Dia mengawali debut aktingnya lewat drama “Potato Star 2013QR3” pada 2013. Di tahun yang sama dia melakoni debut filmnya lewat film pendek promosi Samsung Galaxy s4 yang berjudul “Love”. Popularitasnya meroket saat dia membintangi film box office “The Throne” sebagai Ratu Jeongsun pada tahun 2015. Di tahun yang sama juga bermain dalam film terkenal lainnya yang berjudul “Seondal: The Man Who Sell the River”. Dia bermain dalam beberapa drama seperti “Super Daddy Yeol”, “Last” dan “Moorim School”. Dari semua drama dan filmnya, Seo Ye-ji mendapat pengakuan tinggi atas kualitas aktingnya dan statusnya sebagai aktris watak melalui extraordinary drama "Save Me" yang dibintangi bersama idol aktor Ok Taecyeon (2PM) dan aktor pendatang baru Woo Do-hwan. 

Dalam cerita drama, Putri Sukmyeong adalah adik tiri yang seibu dengan Raja Jinheung sehingga tentunya dia berasal dari golongan Seon-geol.

Tokoh Putri Sukmyeong adalah tokoh nyata dan latar belakang keluarganya sesuai dengan apa yang diceritakan di drama. Beliau adalah putri Ibu Suri Jisoo dengan Jenderal Kim Isabu, sekaligus adik tiri Raja Jinheung. Kakak kandung Putri Sukmyeong adalah Pangeran Sejong (Pungwolju ke-6, suami pertama Lady Mishil).

Sesuai dengan alur drama, Putri Sukmyeong kelak akan menikah dengan Raja Jinheung karena perjodohan antar anggota keluarga kerajaan untuk menjaga kemurnian kasta. Tetapi, kisah Putri Sukmyeong dengan Raja Jinheung tidak berhenti sampai disitu.

Putri Sukmyeong adalah ratu pertama Jinheung. Putra tunggal mereka bernama Pangeran Jongsuk. Seharusnya, sebagai putra pertama Pangeran Jongsuk adalah pewaris tahta, tetapi dikemudian hari muncul-lah skandal asmara Putri Sukmyeong dengan Pungwolju ke-4, Yihwa (putra Wihwa). Padahal saat itu, Yihwa adalah kekasih (atau mungkin juga suami) dari ibundanya, Ibu Suri Jisoo. Skandal ini membuat Putri Sukmyeong dan Yihwa hampir dihukum mati oleh Raja Jinheung, tetapi istri kedua Jinheung, Ratu Sado, memanfaatkan kesempatan itu dengan menawarkan bantuan pada Putri Sukmyeong. Ratu Sado bersedia membujuk Raja Jinheung agar Sukmyeong dan Yihwa lolos dari hukuman dengan perjanjian bahwa putranya (Pangeran Dongryun) yang akan menjadi pewaris. Berkat bujukan Ratu Sado, Raja Jinheung akhirnya membatalkan hukuman mati tetapi sebagai gantinya Putri Sukmyeong diusir dari istana dan putranya dilengserkan dari status putra mahkota. Ini menyebabkan dalam riwayat raja-raja Silla, gelar Sukmyeong adalah sebagai Selir Istana, bukan sebagai Ratu.

Putri Sukmyeong sempat kembali dipanggil ke istana oleh Ratu Sado untuk membantu membesarkan (mungkin menjadi guru) bagi putri Ratu Sado dan Raja Jinheung. Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Putri Sukmyeong pergi dan tinggal didaerah Yeongcheung dan hidup bahagia bersama dengan suaminya, Yihwa, hingga mereka meninggal.





KIM WIHWA

Tokoh Kim Wihwa diperankan oleh aktor senior Sung Dong-il. Beliau memerankan banyak sekali drama, baik drama modern maupun drama kolosal, sepanjang tahun sehingga beliau dijuluki "Ahjushi of teh year".

Dalam cerita drama, Kim Wihwa adalah Pungwolju pertama Hwarang. Bersama dengan Ratu Jisoo, beliau tokoh kunci pembentukan Resimen Hwarang.

Tokoh Wihwa adalah tokoh nyata dan latar belakangnya sesuai dengan apa yang diceritakan di drama. Tetapi, ada banyak sekali perbedaan antara tokoh Wihwa dalam kisah nyata dan tokoh Wihwa dalam kisah drama ini.

Perbedaan paling utama adalah tahun menjabatnya sebagai Pungwolju. Memang benar beliau adalah Pungwolju pertama Resimen Hwarang, tetapi jika saat itu adalah tahun 552 maka seharusnya Wihwa sudah pensiun sebagai Pungwolju.

Perbedaan kedua adalah peran Wihwa di Resimen Hwarang. Dalam drama Wihwa diposisikan sebagai guru Resimen Hwarang padahal seharusnya beliau adalah komandan Resimen Hwarang yang bertugas sebagai pemimpin pasukan, bukan sebagai guru sebab guru Hwarang bukanlah Pungwolju melainkan Gukseon. Walaupun, memang pada masa pembentukan resimen ini Wihwa memang berperan dalam penyusunan kurikulum Hwarang.

Walau memiliki perbedaan-perbedaan yang mendasar antara kisah nyatanya dan kisah dalam drama tetapi gambaran drama tentang tokoh Wihwa masih banyak yang sesuai dengan kisah nyatanya, salah-satunya adalah cerita awal tentang Wihwa yang dipenjara oleh raja terdahulu karena memiliki affair dengan salah-satu selir raja. Kisah ini masih sesuai sebab Wihwa memang menjalin hubungan asmara dengan salah-satu selir Raja Beopheung. Selain itu, hubungan baiknya denga Ibu Suri Jisoo memang sesuai dengan fakta sejarah sebab walaupun Wihwa adalah pendukung Komandan Junjeon yang dimusuhi oleh Ibu Suri Jisoo tetapi beliau juga adalah tokoh kunci yang membuat Jinheung bisa menjadi raja. Dialah yang membujuk Raja Beopheung menunjuk Jinheung sebagai pewaris sebab Pangeran Hwikyung terlahir cacat, padahal Pangeran Hwikyung adalah cucunya sendiri.

Sesuai dengan alur drama, Wihwa terus mendukung Raja Jinheung hingga beliau pensiun. Banyak Pungwolju yang berasal dari keturunan Wihwa sehingga beliau juga disebut sebagai “Bapak Para Pungwolju”.





KIM SOOHO

Tokoh Kim Sooho diperankan oleh idol aktor Choi Minho dari boyband SHINee. Dia adalah salah-satu idol aktor yang sangat populer dan sukses. Choi Minho mengawali debutnya lewat peran utama dalam drama spesial KBS “Pianist” tahun 2010. Dia melanjutkan karir aktingnya dalam drama “Salamander Guru and the Shadows”, “To The Beautiful You”, “Medical Top Team”, dan “Because It’s The First Time”. Minho lalu memulai debut film melalui film “Canola” pada tahun 2016.

Dalam cerita drama, Sooho adalah putra dari seorang Ichan. Kasta Sooho dan keluarganya adalah Jin-geol.

Tokoh Sooho sebenarnya adalah tokoh fiktif tetapi dalam drama salah-satu kisahnya, tepatnya cintanya pada Ibu Suri Jisoo, terinspirasi dari salah-satu kisah cinta seorang tokoh nyata yang bernama Kim Yihwa.

Yihwa adalah Pungwolju ke-4. Beliau adalah putra dari Kim Wihwa. Dalam catatan sejarah, Kim Yihwa adalah satu-satunya Hwarang yang menjalin hubungan cinta dengan Ibu Suri Jisoo, yang diawali oleh kekagumannya pada sang ibu suri. Ini mirip dengan kisah Sooho dan Ibu Suri Jisoo. Jika latar tahun drama adalah 552 M, maka kepemimpinan Yihwa sebagai Pungwolju Hwarang adalah tiga tahun kemudian (555 M). Secara mengejutkan, tidak lama setelah Ibu Suri Jisoo meninggal Yihwa justru menjalin hubungan dengan Putri Sukmyeong sehingga membuat Raja Jinheung murka. Yihwa kemudian menikah Putri Sukmyeong dan hidup bersama hingga akhir hayatnya.

Kisah Sooho, serta kisahnya dengan Ibu Suri Jisoo, dimunculkan dalam drama karena selain diambil dari kisah nyata, kisah ini juga dianggap sangat menarik dan unik untuk ditampilkan, agar kisah cinta drama tidak hanya berputar antara Seonwoo, Ahro, dan Raja Jinheung.





KIM SEUB

Tokoh Kim Seub diperankan oleh aktor veteran Go In-bum. Beliau sudah berpengalaman dibanyak drama dan film. Salah-satu drama terkenal yang melibatkannya adalah drama “Yongpal”.

Dalam cerita drama, Kim Seub adalah ayah dari Sooho dan Soo-yeon. Beliau berasal dari kasta Jin-geol dan merupakan pendukung utama Ibu Suri Jisoo dan Raja Jinheung.

Tokoh Kim Seub kemungkinan besar adalah tokoh fiktif. Tetapi, sepertinya kisahnya mengambil kisah seorang tokoh nyata dalam sejarah yang bernama Kim Isabu. Kim Isabu adalah seorang jenderal dan politisi terkenal Silla. Dalam sejarah, beliau adalah pendukung utama Ibu Suri Jisoo dan Raja Jinheung. Beliau adalah suami kedua Ibu Suri Jisoo (menurut sejarah), sekaligus ayah kandung Putri Sukmyeong. Walau kisahnya dimodifikasi sesuai tuntutan cerita drama tetapi melihat dukungannya pada Ibu Suri Jisoo sesuai alur drama maka kisahnya tidak jauh berbeda dengan kisah nyatanya. Statusnya sebagai seorang Ichan juga sesuai dengan peringkat terakhir Kim Isabu. Kelak, beliau menjadi gubernur dan panglima utama pasukan Silla, dan kemudian menjadi Sangdaedung (perdana-menteri). Dalam sejarah, Kim Isabu adalah seorang seorang Ichan dan memang tercatat hanya memiliki dua orang anak, seorang putra (Sejong) dan seorang putri (Sukmyeong).

Tokoh Kim Seub dimunculkan dalam drama agar ada tokoh yang menjadi pemimpin kubu pendukung Ibu Suri Jisoo dan Raja Jinheung.





KIM SOO-YEON

Tokoh Kim Soo-yeon diperankan oleh aktris muda Lee Da-in. Lee Da-in mengawali debut aktingnya lewat drama “Twenty Years Old” pada 2014. Di tahun yang sama dia melakoni debut filmnya lewat film box office “The Fatal Encounter” yang dibintangi oleh aktor terkenal Hyunbin. Selain itu, dia baru membintangi beberapa film dan drama seperti drama “Make A Woman Cry”, dan film komedi “Life Risking Romance” yang dibintangi oleh aktor dan aktris terkenal Ha Ji-won dan Chun Jung-myung.

Dalam cerita drama, Soo-yeon adalah adik kandung Sooho sehingga tentunya dia berasal dari golongan Jin-geol. Dia adalah gadis yang sangat ceria dan baik hati. Soo-yeon adalah satu-satunya sahabat Ahro.

Tokoh Soo-yeon adalah tokoh fiktif. Demikian juga dengan kisah cintanya dengan Banryu. 












PARK BANRYU
Tokoh Banryu diperankan oleh aktor muda Do Ji-han. Walau belum terlalu terkenal di luar negeri tetapi dia bukanlah aktor pendatang baru. Do Ji-han sudah mengawali debut aktingnya sejak tahun 2009 lewat drama “The Queen Return”. Dia juga bermain dalam drama “Will It Snow For Christmas” dan “The Great Merchant” (2010), serta “Can’t Live With You”, “Incarnation Money”, dan “Basketball”. Do Ji-han juga cukup aktif bermain film sejak dia debut. Dia melakoni debut filmnya lewat film “My Way” tahun 2011. Do Ji-han selalu membintangi film-film box office seperti “The Neighbor” dan “The Beauty Inside”. Tapi, film yang melambungkan namanya di Korea adalah film box office “The Tower”.

Dalam cerita drama, Banryu adalah putra dari Menteri Park Ho-gong dan putra angkat Park Yeong-sil. Park Yeong-sil ingin Banryu menjadi raja untuk mengembalikan kejayaan klan Park yang merupakan klan pertama yang memimpin Silla. Walau angkuh dan arogan tetapi nurani Banryu sebenarnya tidak menyukai penindasan dan pengkhianatan karena dia selalu melihat keadaan ayahnya yang harus hidup ‘dibawah kaki’ Park Yeong-sil. Banryu justru jatuh cinta pada putri musuh keluarganya, Kim Soo-yeon (adiknya Sooho).

Tokoh Banryu adalah tokoh fiktif. Demikian juga dengan kisah cintanya dengan Soo-yeon. Walau demikian, sepertinya kisahnya terinspirasi dari tokoh nyata yang bernama Noribu. Menurut kitab Hwarang Sagi, Noribu adalah putra Park Yeong-sil dengan Putri Okjin (salah-satu putri Wihwa). Kelak beliau menjadi salah-satu pendukung utama Raja Jinheung. Dalam sejarah, Noribu adalah salah-satu Hwarang dan jenderal sukses. Beliau dikemudian hari diangkat menjadi Sangdaedung. Tetapi, dalam catatan Samguk Sagi, orang-tua Noribu bukanlah Park Yeong-sil melainkan Raja Guhae dari kerajaan Geumgwan Gaya yang ditaklukan oleh Raja Beopheung. Raja Guhae dan keturunannya termasuk Noribu mengabdi pada Silla dan diangkat sebagai bangsawan Jin-geol, serta mendapat status yang sangat tinggi dan terhormat di Silla.

Kisah Banryu, serta kisahnya dengan Sooyeon, dimunculkan dalam drama agar kisah cinta drama tidak hanya berputar antara Seonwoo, Ahro, dan Raja Jinheung. Dan juga agar kubu oposisi memiliki kandidat yang akan diangkat sebagai raja.





PARK YEONG-SIL

Tokoh Park Yeong-sil diperankan oleh aktor dan penyanyi veteran Kim Chang-wan. Walau mengawali karir sebagai penyanyi rock sejak tahun 1977 tetapi Kim Chang-wan sudah mengawali debut aktingnya sejak tahun 1985 lewat drama “Song Of The Sea”. Dia melakoni debut akting filmnya lewat film “100 Days With Mr.Arrogant” pada 2004. Sejak saat itu beliau aktif berakting di drama dan film hampir sepanjang tahun. Wajahnya semakin dikenal penggemar drama dan film Korea diseluruh dunia karena beliau sering bermain dalam drama dan film populer dan bersama dengan aktor dan aktris terkenal, salah satunya adalah drama “Man From The Star”.

Dalam cerita drama, Park Yeong-sil adalah pemimpin kubu oposisi, sekaligus musuh bebuyutan Ibu Suri Jisoo karena dia ingin mengembalikan kepemimpinan klan Park diatas tahta Silla. Karena tidak memiliki putra maka Park Yeong-sil mengangkat putra kerabatnya, Banryu, sebagai putra angkat dengan harapan Banryu bisa meneruskan kekuasaan dari garis keturunan Raja Park Hyeokgeose (raja pertama Silla), dan menghapus sistem kasta tulang agar anggota kasta Jin-geol seperti dirinya bisa menjadi raja. Sebagai menteri yang ambisius, Park Yeong-sil bahkan berkhianat dengan memberitahu pada pihak Baekje perihal keberadaan Raja Jinheung di Resimen Hwarang.

Tokoh Park Yeong-sil adalah tokoh nyata. Beliau adalah cucu (maternal) Raja Jijeung (raja Silla ke-22, ayah dan pendahulu Raja Beopheung) dengan Selir Agung Yeon-je (putri dari Ichan Park Deung-heun). Ayah Park Yeong-sil adalah Pangeran Suji dari klan Park dan ibunya adalah Putri Bohyeon (Putri Raja Jijeung). Park Yeong-sil menikah dengan beberapa wanita tetapi tidak memiliki anak laki-laki. Walau menurut kitab Hwarang Sagi putra tunggalnya bernama Noribu tetapi menurut kitab Samguk Sagi, Noribu bukanlah putra kandungnya, melainkan putra raja dari kerajaan Geumgwan Gaya.

Kisah nyata Park Yeong-sil dan kisahnya dalam drama memiliki banyak sekali perbedaan.

Dalam drama, perseteruan utama adalah antara Ibu Suri Jisoo dengan Park Yeong-sil. Perseteruan ini memang ada, tetapi tidak se-intens seperti didalam drama. Mengapa? Sebab Park Yeong-sil adalah salah-satu suami Ibu Suri Jisoo, tepatnya suami ketiganya (suami pertama adalah ayahnya Jinheung sedangkan suami kedua adalah ayahnya Sukmyeong). Artinya, Park Yeong-sil adalah ayah-tiri Raja Jinheung dan juga Putri Sukmyeong. Pernikahan Park Yeong-sil dengan Ibu Suri Jisoo terjadi setelah Galmunwang Ipjong (ayah Jinheung) meninggal dan setelah Ibu Suri Jisoo menikahi Jenderal Kim Isabu (ayah Putri Sukmyeong). Pernikahan Park Yeong-sil dengan Ibu Suri Jisoo juga membuahkan anak yang bernama Putri Hwanghwa dan Putri Songhwa (istri dari Galmunwang Bokseun dan ibu mertua dari Raja Jinpyeong).

Selain menjadi suami Ibu Suri Jisoo, Park Yeong-sil juga adalah sepupu Ibu Suri Jisoo, sebab ayah Ibu Suri Jisoo (Raja Beopheung) adalah kakak kandung ibu Park Yeong-sil (Putri Bohyeon). Selain itu, Park Yeong-sil dengan Raja Jinheung juga adalah saudara-sepupu sebab ayah Raja Jinheung (Galmunwang Ipjong) adalah juga kakak kandung ibu Park Yeong-sil. Ini artinya, baik Park Yeong-sil, Ibu Suri Jisoo, dan Raja Jinheung, selain memiliki hubungan sebagai ibu dan anak, atau suami dan istri, atau paman dan keponakan, ketiga-tiganya adalah saudara-sepupu, sebab mereka memiliki kakek dan nenek kandung yang sama (Raja Jijeung dan Selir Agung Yeon-je). Hubungan keluarga antara ketiga orang ini menjadi rumit sebab terjadi pernikahan antar sepupu (Park Yeong-sil dan Ibu Suri Jisoo), dan semakin rumit karena Ibu Suri Jisoo juga menikahi paman kandungnya sendiri (yang juga adalah paman kandung dari Park Yeong-sil), ini membuat Raja Jinheung dan Galmunwang Sukheuljong (adik Jinheung) otomatis menjadi keponakan sekaligus sepupu Park Yeong-sil.

Selain perbedaan kekerabatan antara drama dan sejarah, kasta Park Yeong-sil juga berbeda dengan sejarah nyatanya sebab kasta Park Yeong-sil sebenarnya adalah Seon-geol, karena ibu dan ayahnya adalah bangsawan Seon-geol. Jika Park Yeong-sil adalah kasta Jin-geol maka Ibu Suri Jisoo dan Raja Jinheung juga adalah Jin-geol demikian juga dengan anak-anaknya, padahal cucu Park Yeong-sil, Ratu Maya, adalah ratu utama Raja Jinpyeong (ibu dari Putri Deokman dan Putri Cheonmyeong) yang adalah seorang Seon-geol, dan menjadi salah-satu indikator utama mengapa putrinya, Putri Deokman, bisa menjadi ratu penguasa pertama Silla dan Korea. Banyak orang sering keliru menganggap bahwa seluruh anggota kasta Seon-geol adalah klan Kim, padahal ada yang berasal dari klan Park dan Seok (klannya Hansung dan Dansung).

Tidak banyak catatan mengenai kehidupan Park Yeong-sil, termasuk kapan beliau meninggal.

Menurut catatan sejarah, awal perselisihan Ibu Suri Jisoo dan Park Yeong-sil bermula dari Resimen Wonhwa yang pertama. Saat itu, Park Yeong-sil mendukung Komandan Junjeon, dan tampaknya memiliki hubungan khusus dengan Junjeong. Ini membuat Ibu Suri Jisoo cemburu. Kematian Komandan Nammo semakin memperburuk hubungan antara Park Yeong-sil dengan Ibu Suri Jisoo. Tetapi, Park Yeong-sil bukanlah orang yang akan begitu saja menjatuhkan Ibu Suri Jisoo dan Raja Jinheung sebab posisinya juga akan terancam jika Jinheung lengser karena selain kerabat raja, dia akan menjadi orang yang paling awal disingkirkan oleh musuh-musuh Ibu Suri Jisoo sebab statusnya adalah salah-satu suami Ibu Suri Jisoo.

Tokoh Park Yeong-sil dan perseteruannya dengan Ibu Suri Jisoo dimunculkan dalam drama sebab tokoh Park Yeong-sil terpilih sebagai tokoh antagonis utama dalam drama ini.





PARK HO-GONG
Tokoh Menteri Ho-gong diperankan oleh aktor senior. Banyak drama yang sudah dibintangi olehnya. Wajahnya semakin dikenal penggemar drama Korea mancanegara saat membintangi drama “God Of Study” bersama dengan para aktor aktor Yoo Seung-ho dan Lee Hyun-woo.

Dalam cerita drama, Menteri Ho-gong adalah ayah kandung dari Banryu dan kerabat Park Yeong-sil. Menteri Ho-gong mengabdi pada Park Yeong-sil dan mengorbankan harga-dirinya demi mengangkat martabat keluarganya dan mengembalikan kejayaan klan Park, serta menjadikan putranya sebagai raja Silla. Bersama dengan Park Yeong-sil, beliau bergabung di kubu oposisi dan selalu menentang pendapat dan keputusan ratu. Kasta Menteri Ho-gong adalah Jin-geol dan menduduki peringkat Jap-chan (tingkat tiga) di pemerintahan.

Tokoh Menteri Ho-gong adalah tokoh fiktif walau namanya sama dengan salah-satu menteri terkenal Silla yang juga bernama Ho-gong, tetapi menteri Ho-gong yang nyata hidup dimasa awal dinasti, lebih dari 500 tahun sebelumnya.

Tokoh Menteri Ho-gong dimunculkan dalam drama untuk meramaikan tokoh-tokoh dikubu oposisi dan agar kubu oposisi memiliki kandidat yang akan diangkat sebagai raja, yang tidak lain adalah putra Menteri Ho-gong.





SEOK HANSUNG

Hansung adalah tokoh kesayangan mayoritas penonton drama “Hwarang”. Tokoh Hansung diperankan oleh idol V dari grup BTS.

Dalam cerita drama, Hansung adalah anggota klan Seok. Dia adalah cucu dari pemimpin klan Seok saat itu. Kakeknya berusaha mendapatkan dukungan Park Yeong-sil dengan mengorbankan harga-diri demi mengangkat martabat keluarganya dan mengembalikan kejayaan klan Seok. Walau kakeknya sangat menyayangi Hansung ketimbang kakaknya, Dansung, tetapi Hansung lebih menyangi kakaknya yang justru selalu direndahkan kakeknya. Kasta Hansung adalah Jin-geol. Dia adalah anggota kasta Jin-geol terakhir di keluarganya.

Tokoh Hansung adalah tokoh fiktif. Walau merupakan tokoh fiktif tetapi latar belakang keluarganya tetap sangat menarik untuk dibahas. Dalam drama, klan Seok adalah klan Jin-geol tetapi terpinggirkan, padahal seharusnya tidak demikian. Karena saat itu adalah masa kekuasaan klan Kim maka seharusnya klan Seok sangat dihormati, sebab dibandingkan klan Park, klan Seok adalah yang klan yang paling berjasa mendudukan klan Kim diatas tahta. Ini karena Raja Cheomhae dari klan Seok adalah raja Silla pertama yang menunjuk seorang jenderal dari klan Kim sebagai raja penggantinya (Raja Michu). Sekitar satu abad kemudian, raja terakhir klan Seok, Raja Heulhae, menunjuk Raja Naemul sebagai penerusnya padahal beliau masih memiliki putra. Ini karena wasiat turun-temurun dari raja pertama klan Seok, Raja Talhae, bahwa klan Seok bukanlah penguasa asli Silla sebab Raja Talhae berasal dari Jepang. Itu adalah awal era kekuasaan klan Kim. Dengan latar belakang sebagai klan yang pernah berkuasa di Silla, maka saat itu pemimpin klan Seok seharusnya masih seorang bangsawan Seon-geol sehingga seharusnya kasta Hansung adalah Seon-geol.

Tokoh Hansung dan keluarganya dimunculkan dalam drama untuk kembali mengingatkan penonton tentang klan Seok yang dulunya juga adalah penguasa Silla.





SEOK DANSUNG
Sama seperti adiknya, Hansung, dalam cerita drama Dansung adalah anggota klan Seok. Dia adalah cucu dari pemimpin klan Seok saat itu tapi karena dilahirkan dari seorang selir yang bukan berasal dari kasta Jin-geol maka Dansung kehilangan status sebagai seorang Jin-geol. Kakeknya selalu merendahkannya dan lebih menyayangi adik tirinya, Hansung. Walau demikian, Dansung sangat menyayangi Hansung dan selalu menjaga dan mengikuti adiknya itu kemanapun.

Sama seperti Hansung, tokoh Dansung adalah tokoh fiktif. Dalam drama, Dansung diceritakan sebagai cucu seorang pemimpin klan Seok dari kasta Jin-geol, tetapi kehilangan statusnya sebagai bangsawan Jin-geol karena ibunya adalah seorang selir. Tetapi, jika kakeknya adalah pemimpin klan Seok maka seharusnya kakeknya adalah seorang Seon-geol, sebab menjadi anggota klan Seok tidak otomatis menjadi seorang Jin-geol. Pada masa pemerintahan Raja Beopheung dan Raja Jinheung, kasta Seon-geol tidak hanya terdiri dari klan Kim melainkan juga para keturunan raja dari klan Park. Klan Kim baru mendominasi dan menjadi anggota tunggal kasta Seon-geol pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong. Oleh karena itu, jika ibu Dansung tidak sekasta dengan ayah dan kakeknya maka kasta Dansung hanya turun satu tingkat. Karena seharusnya kakek dan ayahnya adalah Seon-geol (sesuai sejarah klan Seok) maka Dansung seharusnya adalah Jin-geol. Sebenarnya, dengan menjadi seorang yang bukan Jin-geol (seperti di dalam drama) tidak membuat Dansung kehilangan kesempatan menjadi seorang Hwarang sebab syarat menjadi Hwarang adalah “berasal dari kalangan bangsawan”, bukan hanya dari bangsawan Jin-geol. Jika di drama keluarganya adalah Jin-geol maka Dansung seharusnya hanya turun satu tingkat, yaitu menjadi Kasta Keenam, tetapi jika melihat warna bajunya yang biru muda dalam drama maka (menurut drama) Dansung berasal dari Kasta Kelima.

Tokoh Dansung dan keluarganya dimunculkan dalam drama untuk kembali mengingatkan kembali tentang keberadaan klan Seok yang pernah memimpin Silla.





SEOK HYUN-JAE

Bangsawan Hyun-jae adalah pemimpin klan Seok. Dia berasal dari kasta Jin-geol dan hanya tersisa dia dan cucunya yang berstatus sebagai seorang Jin-geol di keluarganya sehingga dia merendahkan harga-dirinya dihadapan Park Yeong-sil agar bisa mengangkat martabat keluarganya dan mengembalikan kejayaan klan Seok.

Sama seperti cucu-cucunya, tokoh bangsawan Hyun-jae seharusnya adalah tokoh fiktif. Jika mengacu pada statusnya di drama sebagai pemimpin klan Seok maka jika menyesuaikan dengan sejarah seharusnya bangsawan Hyun-jae dan keluarganya adalah keturunan Raja Talhae melalui garis Raja Heulhae atau garis Jenderal Seok Wooro. Itulah mengapa seharusnya beliau adalah seorang Seon-geol, sebab menjadi anggota klan Seok tidak otomatis menjadi seorang Jin-geol. Pada masa kekuasaan klan Kim, klan Seok sangat dihormati, sebab dibandingkan klan Park, klan Seok adalah yang klan yang paling berjasa mendudukkan klan Kim diatas tahta. Ketika berkuasa, klan Seok adalah klan yang paling demokratis. Mereka menunjuk pewaris bukan berdasarkan garis keturunan melainkan pada senioritas dan kemampuan. Raja Cheomhae dari klan Seok adalah raja yang menunjuk Kim Michu sebagai raja penggantinya (Michu Isageum), yang adalah raja Silla pertama dari klan Kim. Salah-satu cicitnya, Raja Heulhae, kemudian menunjuk Naemul sebagai penerusnya padahal Raja Heulhae masih memiliki putra. Penunjukan Naemul mengawali era kekuasaan klan Kim turun-temurun. Pemimpin klan Seok juga seharusnya masih seorang bangsawan Seon-geol pada masa pemerintahan Jinheung sehingga seharusnya kasta bangsawan Hyun-jae dan keluarganya adalah Seon-geol, atau serendah-rendahnya adalah Jin-geol.

Tokoh bangsawan Hyun-jae dan keluarganya dimunculkan dalam drama untuk kembali mengingatkan kembali tentang keberadaan klan Seok yang pernah memimpin Silla.





KIM YEOWOOL

Tokoh Yeowool diperankan oleh aktor Jo Yoon-woo. Dia mengawali karirnya sebagai aktor cilik.

Dalam drama, Yeowool beribukan seorang Seon-geol dan ayahnya adalah seorang Jin-geol (walau dia belum mengetahui siapa ayahnya). Yeowool adalah orang yang paling dekat dengan Hansung di Resimen Hwarang. Dia berasal dari klan Kim. Asal usul keluarganya tidak diceritakan dengan detail tetapi jika ibunya adalah seorang Seon-geol maka seharusnya dia adalah salah-satu keturunan raja yang yang masih berkerabat dengan Jidwi dan Sukmyeong.

Tokoh Yeowool adalah tokoh fiktif. Walau demikian, tokohnya adalah visualisasi yang paling detail dan paling sesuai tentang seorang Hwarang di drama ini. Aktor Jo Yoon-woo melalui tokoh Yeowool menampilkan sosok, kebiasaan, dan kepribadian seorang Hwarang dengan sangat sempurna.

Dalam drama kita bisa melihat bahwa Yeowool tidak hanya tampan tapi juga cantik, anggun, dan mempesona. Selain itu, Yeowool juga selalu berdandan dan memakai aneka perhiasan serta menyukai keindahan. Semua yang dilakukan dan ditampilkannya adalah apa yang kita butuhkan untuk mengetahui seperti apa penampilan, kebiasaan, dan keseharian para Hwarang. Sebab, catatan-catatan sejarah sudah menjelaskan bahwa para Hwarang adalah pemuda-pemuda yang cantik, yang selain mahir bela-diri dan menyukai kesenian, dan mereka selalu berdandan juga memakai perhiasan, tampil anggun dan mempesona. Selain harus berasal dari kalangan bangsawan, para Hwarang juga wajib berwajah cantik. Jika dikemudian hari wajah mereka terluka dan tidak bisa ditutupi oleh riasan wajah maka, sehebat apapun mereka sebagai seorang Hwarang, mereka tetap harus pensiun.

Tokoh Yeowool dimunculkan dalam drama mungkin untuk menegaskan kembali jati-diri dan kebiasaan-kebiasaan seorang Hwarang sebab dua tokoh utama pria drama ini serta sebagian besar tokoh Hwarang pendukung lainnya ditampilkan dengan sangat maskulin.





PA-OH

Dalam drama, Pa-oh adalah pengawal setia Raja Jinheung sekaligus orang yang membesarkannya diluar ibukota. Dia adalah satu dari tiga orang yang mengetahui identitas Jinheung sebagai raja Silla.

Tokoh Pa-oh adalah tokoh fiktif tetapi kisah kesetiannya pada Jinheung agak mirip dengan kisah Kim Mijinbu (Pungwolju kedua) yang adalah jenderal yang sangat setia pada Raja Jinheung. Menurut sejarah, Mijinbu sebenarnya adalah sahabat Pangeran Bidae (Pangeran Hwikyung) tetapi sejak Pangeran Bidae kehilangan haknya atas tahta karena alasan kesehatan, Mijinbu menjadi pendukung setia Jinheung dan pelindung utama Jinheung. Saat Resimen Hwarang pertama dibentuk, Mijinbu adalah wakil Pungwolju Wihwa, tetapi usianya jauh lebih muda dari Wihwa, meskipun usia Mijinbu masih lebih tua dari Jinheung. Setelah Jinheung memerintah secara mandiri, Mijinbu langsung diangkat sebagai jenderal utama Silla. Walau menjadi orang dekat Jinheung, Mijinbu tidak melupakan persahabatannya dengan Pangeran Bidae. Putra-putra mereka seumuran, oleh karena itu saat Munno (abdi setia Mishil, putri Mijinbu) menjadi Pungwolju, Pangeran Bibo (putra Pangeran Bidae) diangkat sebagai wakil Pungwolju. Dan saat Pangeran Bibo menjadi Pungwolju, putra Mijinbu (Misaeng) diangkat sebagai wakilnya.

Tokoh Pa-oh dimunculkan dalam drama agar sesuai dengan tuntutan skenario sebab seorang raja yang disembunyikan seperti Jinheung tentu harus memiliki setidaknya seorang pengawal kepercayaan yang sangat setia.





WOO-REUK (AJAE)

Dalam drama, Woo-reuk adalah seorang pengungsi dari Gaya yang sangat mahir memainkan berbagai alat musik. Woo-reuk adalah orang yang membesarkan Seon-woo dan Makmoon. Walau wikipedia menyebutkan bahwa dia adalah pengungsi dari Kerajaan Daegaya tetapi dialog drama tidak menjelaskan dengan detail tentang wilayah Gaya mana Woo-reuk berasal. Kemungkinan besar yang dimaksudkan oleh drama ini adalah Kerajaan Geumgwan Gaya bukan Daegaya, sebab Geumgwan Gaya sudah takluk pada Silla pada saat itu sedangkan Kerajaan Daegaya baru takluk 12 tahun kemudian (sesuai latar tahun drama). Beliau adalah orang yang setia dan memiliki nurani walau hidup ditengah kemiskinan.

Tokoh Woo-reuk adalah tokoh fiktif, walau latar-belakangnya sebagai orang Gaya tidak bertentangan dengan catatan sejarah. Namanya dipanggil “Ajae” oleh Moo-myung (Seonwoo) untuk menyindirnya (Ajae berarti “orang tua”). Sesuai dengan catatan sejarah, orang-orang Gaya seperti Ajae dikenal sebagai musisi-musisi hebat, dan sangat mahir memainkan dan menciptakan berbagai alat-musik.

Tokoh Woo-reuk dimunculkan dalam drama agar sesuai dengan tuntutan skenario sebab anak-anak bangsawan yang dibuang seperti Seon-woo (Moomyeong) dan Makmoon harus memiliki setidaknya seorang penjaga atau orang yang membesarkan mereka, juga Resimen Hwarang memang memerlukan guru musik.





PI JOO-KI

Tokoh Pi Joo-ki diperankan oleh aktor Kim Gwang-kyu.

Dalam drama, Pi Joo-ki adalah seorang pengusaha yang memiliki sebuah kedai yang sangat ramai. Dia juga mempunyai banyak informasi yang lalu dimanfaatkan oleh Wihwa. Pi Joo-ki kemudian membantu Wihwa dan juga ikut bekerja bagi Resimen Hwarang. Walau materialistis tapi dia adalah seorang yang setia dan memiliki nurani.

Tokoh Pi Joo-ki adalah tokoh fiktif. Walau demikian, karakternya tetap sangat menarik. Walau terlihat sebagai rakyat jelata tetapi kalau melihat peraturan ibukota (sesuai cerita drama) maka seharusnya Pi Joo-ki juga adalah seorang bangsawan sebab dia tidak akan diijinkan memasuki ibukota apalagi membuka usaha jika dia adalah seorang rakyat jelata. Karena dalam drama diceritakan bahwa Pi Joo-ki kesulitan menjadi pegawai pemerintah maka itu artinya dia berasal dari golongan bangsawan kasta ketiga, kedua, atau kasta satu, sebab tiga kasta ini tidak bisa menjadi pejabat melainkan harus mengabdi pada bangsawan-bangsawan dari kasta Jin-geol, atau kasta keenam (berbaju hijau), atau kasta kelima (berbaju biru), atau kasta keempat (berbaju kuning). Karena Wihwa adalah seorang bangsawan Jin-geol maka Pi Joo-ki seharusnya adalah bangsawan kasta ketiga sebab dari tiga kasta itu hanya bangsawan kasta ketiga yang boleh bekerja langsung pada bangsawan Jin-geol, sedangkan bangsawan kasta kedua dan kasta satu, sesuai dengan peraturan harus memiliki tuan seorang kasta keenam, yang menjadi penghubung mereka dengan bangsawan Jin-geol.

Tokoh Pi Joo-ki dimunculkan dalam drama agar sesuai dengan tuntutan skenario sebab Wihwa tentu membutuhkan bantuan dari luar istana untuk membentuk Resimen Hwarang.





PANGERAN HWIKYUNG

Tokoh Pangeran Hwikyung diperankan oleh aktor Song Young-kyu. Popularitasnya mulai naik saat dia membintangi drama-drama populer seperti drama “You're All are Surrounded”.

Dalam cerita drama, Pangeran Hwikyung adalah kakak Ibu Suri Ji-soo dan ayah kandung Seon-woo (Gae Sae). Karena beliau adalah putra tunggal raja terdahulu maka sudah tentu Pangeran Hwikyung berasal dari kasta Seon-geol.

Tokoh Pangeran Hwikyung adalah tokoh nyata. Beliau memang adalah putra pertama raja terdahulu, Raja Beopheung. Dalam sejarah, beliau adalah Pangeran Bidae. Walaupun Pangeran Bidae adalah putra kandung raja tetapi Pangeran Bidae kehilangan hak atas tahta karena dia terlahir cacat. Walau latar-belakangnya mirip, tetapi kisah nyata Pangeran Hwikyung dan kisahnya dalam drama memiliki banyak sekali perbedaan.

Dalam drama, salah-satu perseteruan paling awal adalah antara Pangeran Hwikyung dengan Ibu Suri Jisoo. Perseteruan ini memang ada, tetapi tidak se-intens seperti didalam drama. Mengapa? Sebab usia Pangeran Hwikyung dan Ibu Suri Jisoo berbeda cukup jauh. Berbeda dengan cerita drama bahwa Pangeran Hwikyung adalah kakak Ibu Suri Jisoo, sebenarnya Pangeran Hwikyung adalah adik Ibu Suri Jisoo. Ibu Suri Jisoo adalah putri pertama dan anak pertama Raja Beopheung yang lahir dari ratunya, sedangkan Pangeran Hwikyung adalah adalah putra pertama dan anak ketiga Raja Beopheung yang lahir dari selirnya. Pangeran Hwikyung dan Ibu Suri Jisoo adalah kakak tiri dari Pangeran Morang (Pungwolju ke-3) dan Putri Nammo (Komandan Wonhwa), serta sepupu dari Park Yeong-sil. Pangeran Hwikyung juga adalah paman sekaligus sepupu Raja Jinheung. Walaupun Pangeran Hwikyung adalah adik Ibu Suri Jisoo, tetapi usia Pangeran Hwikyung dengan Jinheung tidak berbeda jauh, paling jauh adalah 10 tahun. Walau berseteru seharusnya perseteruan mereka belum muncul saat itu sebab Pangeran Hwikyung saat itu seharusnya masih berusia akhir 20-an (25-29 tahun) dan belum memiliki anak sebesar Seon-woo. Kemungkinan Pangeran Hwikyung lahir pada tahun 524-527 M sebab dikatakan bahwa beliau adalah sahabat Pangeran Mijinbu (lahir 525), putra-putra mereka juga seumuran. Seharusnya Pangeran Hwikyung tidak ditampilkan sebagai seorang pria setengah baya, apalagi seumuran dengan Wihwa.

Berbicara tentang Wihwa, seharusnya hubungan antara Pangeran Hwikyung dengan Wihwa bukanlah hubungan antar sesama kolega atau kenalan yang biasa-biasa saja, apalagi seumuran. Mengapa? Sebab Wihwa adalah kakek kandung Pangeran Hwikyung. Ibu Pangeran Hwikyung adalah putri kandung Wihwa.

Selain itu, walaupun biasanya seorang pangeran saat itu memiliki banyak istri dan gundik tapi tidak ada catatan bahwa Junjeon adalah salah-satu istrinya. Dan lagi, usia Junjeon terlalu tua untuk menjadi istrinya sebab Junjeon sudah menjadi komandan sebelum tahun 540 M, setidaknya saat itu (sebelum tahun 540) Junjeon berusia minimal 17 tahun dan sudah lebih dari 17 tahun (20an tahun) saat Wonhwa bubar pada 540 M, sedangkan pada 540 M Pangeran Hwikyung masih remaja. Nama istri Pangeran Hwikyung yang tercatat sejarah adalah Lady Silbo (putri Pangeran Asi dan Putri Samyeop). Putra mereka baru lahir pada tahun 549, yang artinya dalam drama ini putra Pangeran Hwikyung baru berusia 2-3 tahun.

Tokoh Pangeran Hwikyung dimunculkan dalam drama sebab dari konflik-konflik yang melibatkan beliaulah yang menjadi awal konflik utama dalam drama.





JUNJEON

Tokoh Komandan Junjeong diperankan oleh aktris Son Seong-yoon.

Dalam cerita drama, Junjeon adalah sahabat Ibu Suri Ji-soo dan ibu kandung Seon-woo (Moo-myung). Beliau adalah istri Pangeran Hwikyung dan menjabat sebagai salah-satu komandan Resimen Wonhwa. Junjeon berasal dari kasta Seon-geol. Dia lalu dikhianati oleh Ibu Suri Jisoo dan difitnah membunuh Komandan Nammo. Kabar tentang Junjeon masih simpang-siur. Walau banyak yang meyakini dia juga meninggal setelah berkonflik dengan Komandan Nammo tetapi tidak ada kepastian tentang kematiannya. Belakangan diketahui bahwa Junjeon tetap hidup setelah konflik berdarah itu terjadi, dan melahirkan Seonwoo.

Tokoh Junjeon adalah tokoh nyata. Beliau memang adalah salah-satu komandan Resimen Wonhwa yang pertama. Nama marga beliau tidak diketahui sebab nama ayahnya juga tidak diketahui. Ibu beliau bernama Geumjin Nangju, yang adalah seorang Seon-geol. Ibunya adalah adik dari Putri Okjin (istri pertama Park Yeong-sil) sehingga membuatnya menjadi sepupu dari Ratu Sado dan Pangeran Hwikyung (anak-anak Putri Okjin).

Walau latar-belakangnya mirip dengan di drama tetapi kisah nyata Junjeon dan kisahnya dalam drama tetap memiliki perbedaan.

Pertama, dalam drama Junjeon adalah ibu Seon-woo (Moomyung) dan istri Pangeran Hwikyung. Padahal tidak ada catatan bahwa dia adalah istri dari Pangeran Hwikyung.

Berikutnya, jika di drama diceritakan bahwa Junjeon dan Ibu Suri Jisoo adalah sahabat sebelum Ibu Suri Jisoo mengkhianati Junjeon, maka catatan sejarah tidak mengindikasikan demikian. Pada masa itu, kepemimpinan Junjeon didukung oleh kubu Park Yeong-sil sehingga Ibu Suri Jisoo, yang adalah salah-satu istri Park Yeong-sil, sangat cemburu dan mendukung Nammo. Ibu Suri Jisoo juga membuat tidak ada satupun anggota Wonhwa yang mengikuti Junjeong. Oleh karena itu, Junjeon meminta bantuan yang bersedia memberikan sejumlah Nangdo-nya untuk mengabdi pada Junjeon. Karena Nammo mendapat lebih banyak dukungan, termasuk dari raja dan Pangeran Mijinbu (suami Nammo) maka Junjeon-pun cemburu. Pada suatu kesempatan, Junjeon dan Nammo diundang ke istana. Entah bagaimana, terjadi perkelahian antar dua komandan ini (mungkin juga melibatkan para Nangdo-nya) dan berakhir dengan kematian Nammo. Kematian putrinya membuat Raja Beopheung syok dan langsung membubarkan Resimen Wonhwa. Junjeon tidak tewas atau tidak dieksekusi, tetapi tampaknya dia meninggalkan Silla dan kabarnya tidak didengar lagi.

Tokoh Junjeon dimunculkan dalam drama untuk mengingatkan kembali konflik internal Wonhwa, dan juga karena diceritakan bahwa dia adalah ibu kandung Seonwoo (Moomyung). 





PUTRA MAHKOTA CHANG

Tokoh Putra Mahkota Chang diperankan oleh aktor Son Seong-yoon. Beliau adalah aktor drama kolosal yang populer tetapi sudah lama hiatus. Drama Hwarang ini adalah salah-satu drama comeback-nya

Dalam drama, Putra Mahkota Chang adalah putra mahkota kerajaan Baekje yang sangat kejam pada orang-orang Silla.

Tokoh Putra Mahkota Chang adalah tokoh nyata. Beliau adalah Raja Wideok, raja Baekje ke-27. Sesuai dengan namanya dalam drama, Raja Wideok memang terlahir dengan nama “Chang”, tepatnya “Buyeo Chang” sebab marga raja-raja Baekje adalah “Buyeo”. Sesuai dalam drama, saat itu (551-552 M) Chang memang masih menjadi putra mahkota. Dia baru naik tahta pada tahun 554 M.

Walaupun sifat kejamnya ditunjukkan terlalu cepat, tetapi hal ini adalah nyata, sebab saat menjadi raja Baekje, Chang memang sangat membenci Silla dan Raja Jinheung karena Raja Jinheung memicu perang membuat ayahnya, Raja Seong, terbunuh. Perang antara Baekje dan Silla di-era Raja Jinheung meletus akibat inisiatif Raja Jinheung mencaplok wilayah Baekje sehingga melanggar perjanjian damai antara Baekje dan Silla. Dalam sejarah, Chang dan Jinheung memang adalah musuh bebuyutan.

Tokoh Putra Mahkota Chang dimunculkan untuk menggambarkan eksistensi kerajaan lain di Korea selain Silla, dan untuk menampilkan rivalitas antar Tiga Kerajaan, sekaligus untuk menunjukkan bahwa saat itu, ketika Resimen Hwarang belum terbentuk dan baru terbentuk, Silla adalah kerajaan yang paling lemah diantara Tiga Kerajaan, sehingga peran besar Resimen Hwarang dalam membawa kejayaan bagi Silla bisa terbukti atau setidaknya bisa dilihat dan diprediksi melalui drama ini.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



ARTIKEL-ARTIKEL YANG BERHUBUNGAN DENGAN DRAMA "HWARANG: POET OF YOUTH" ADALAH:
_______________________________________________________________________________

ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Please open: Kingdom of Silla for short story about "Kingdom Of Silla" in ENGLISH
(Silahkan membuka link: Kingdom of Silla untuk membaca sejarah singkat Kerajaan Silla dalam bahasa Inggris).

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory
(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture : KBS (drama "Hwarang: Poet Of Youth", 2017)

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


Daftar Pustaka:
-Byeon-won Lee; History
-Maurizio Riotto; The Place Of Hwarang Among The Special Military Corps Of Antiquity; The Journal of Northeast Asian History; Northeast Asian History Foundation; 2012
-Richard McBride; Silla Budhist & The Manuscript of Hwarang Segi
-Tae-hoong Ha; Samguk Yusa, Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Karea; Yonsei University Press; 1972; Seoul
-Wontak Hong; Baekche An Offshoot of the Buyeo-Koguryeo in Mahan Land; East Asian History, A Korean Perspective; 2005; Seoul
-Young-kwan Kim, Sook-ja Ahn; Homosexuality In Ancient Korea; Pyongtaek University, Hanyoung Theological University; 2006; Seoul
-Korean History For International Citizen; Northeast Asian History Foundation
-Korea's Flowering Manhood
-The History of Hwarang-do
-The Three Kingdoms of Ancient Korea in the History of Taekwon-Do


Daftar Website:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CATATAN PADA PARA PEMBACA:

-Silahkan membaca, mengambil, dan menggunakan artikel ini dalam karya tulis anda tapi CANTUMKAN KREDIT LENGKAP ARTIKEL INI dalam daftar sumber anda dan JANGAN MENYADUR/MENGCOPY-PASTE apalagi MEM-PLAGIAT 100% isi tulisan ini. Kembangkanlah kreativitas dalam penulisan anda.

-Pembaca DAPAT memberikan komentar dengan akun TANPA NAMA (Annonymous).

-Gunakanlah kata-kata yang baku agar komentar tidak dikategorikan sebagai "komentar Spam" secara otomatis oleh google filter machine.

-Harap MEMBACA ARTIKEL INI dan komentar-komentar sebelum anda DENGAN TELITI sebelum berkomentar, karena mungkin pertanyaan anda TELAH DIJELASKAN secara langsung melalui artikel ini, dan juga agar pertanyaan-pertanyaan yang sama tidak ditanyakan secara berulang.

-DILARANG memberikan informasi dan komentar yang melecehkan Suku, Agama, Ras, dan golongan tertentu (SARA) dan mengandung unsur pornografi.

-Kami menerima setiap kritik dan masukan dari para pembaca melalui kolom komentar, namun Setiap komentar yang melecehkan pihak lain, baik pelecehan berbau SARA atau yang mencerminkan FANDOM WAR akan kami HAPUS.

-Setiap komentar dan iklan yang mengandung unsur PORNOGRAFI dan PERJUDIAN, dan ajakan untuk bergabung dalam usaha SIMPAN PINJAM, KREDIT USAHA dan sejenisnya akan KAMI HAPUS karena berpotensi terjadi PENIPUAN.

-Jika anda memiliki informasi tambahan yang berhubungan dengan artikel ini, kami sangat senang jika anda membagikannya pada pembaca yang lain melalui website ini dan kami sangat senang jika anda juga turut membagikan artikel ini pada orang lain.